“Yang saya lihat sebagai orang awam ya gejolak politik saat ini. Jadi karya yang saya lihat memang sekadar saya nikmati saja. Karena dari tema pamerannya itu, jadi saya beranggapan sebagian besar karya akan mengarah ke sana,” ujarnya.
Tentang Pameran Buahtangan
Kata Kurator Pameran Buahtangan, Iswandi, buah tangan dalam pengertiannya diartikan sebagai salah satu tradisi budaya yang dapat mempererat tali silaturahmi dan dapat memperkenalkan keragaman budaya. Buah tangan yang diberi mampu memberi ikatan dan kenangan.
“Buah tangan terlebih oleh-oleh khas memiliki peran penting dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya daerah. Sederhananya, ketika seseorang membawa oleh-oleh khas, secara tidak langsung mereka juga membawa cerita dan pengetahuan dari oleh-oleh itu sendiri,” katanya.
Lalu buah tangan tak hanya sekadar memberi pengetahuan saja, tapi juga sebagai penanda interaksi kultural. Buah tangan mampu mencerminkan nilai baik sebagai wujud rasa terima kasih, hormat maupun sebuah penghargaan, yang kemudian diberikan kepada seseorang.
Berangkat dari definisi simbolik itu, pameran seni rupa yang bertajuk “Buahtangan” ini memang berangkat dari pengertian tersebut. Kehadiran berbagai bentuk karya seni rupa yang diikuti oleh 32 perupa ini, mengangkut makna simboliknya bahwa karyanya itu merupakan buah tangan dari seniman pembuatnya.
“Saya mengutip dari buku karya Chris A. Gregory, buah tangan adalah bagian integral dari ritual sosial yang mencerminkan hubungan antarindividu dalam masyarakat. Tindakan memberi dan menerima buah tangan dianggap sebagai wujud hubungan interpersonal yang harmonis,” katanya.
Karya-karya seni rupa dari pameran ini telah melalui jalan kurasi. Para perupa yang mengajukan karyanya tidak hanya dari Sumbar saja, tapi juga datang dari luar Sumbar seperti Yogyakarta, Jakarta, Jambi dan daerah lain. Hingga kurator pameran memilih 32 karya yang ditampilkan pada Pameran Buahtangan.














