Nama Dedi Fatria sebagai seorang Mahasiswa Hukum sangat populer saat itu dikalangan pedagang, pemerintah kota dan DPRD Kota Yogyakarta. Namanya selain mencuat di koran-koran Yogyakarta kala itu, ia juga sering diundang talkshow di berbagai media.
Selanjutnya di tahun 2003-2004, sebagai generasi muda Minangkabau, Dedi Fatria yang mempunyai visi jauh ke depan berusaha untuk menyatukan generasi muda minang lainnya yang sedang mengikuti pendidikan, hingga beliau terpilih menjadi Ketua Umum Ikatan Generasi Muda Minangkabau Yogyakarta -Baringin Mudo (IGMMY-BM).
Organisasi ini merupakan salah satu dari dua organisasi besar minang yang ada di Yogyakarta, yang pada masa orde baru dikenal dengan nama Baringin Tuo dan Baringin Mudo.
Baringin Tuo adalah perhimpunan para masyarakat minang yang telah menetap di Yogyakarta. Sedangkan Baringin Mudo adalah perhimpunan kaum muda minang Yogyakarta, seperti kalangan mahasiswa dan komunitas muda minang lainnya.
Dari pengalaman organisasi yang digelutinya itu baik itu organisasi pelajar, mahasiswa bahkan organisasi perantau dan organsasi pedagang kaki lima terlihat jelas bahwa Dedi Fatria memiliki kemampuan dalam menyatukan visi untuk kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kembali ke kota kelahiran Bukittinggi
Rantau yang sesungguhnya bagi Dedi Fatria adalah untuk kembali membangun nagari atau tanah kelahiran. Setelah bergelut menuntut ilmu di Kota Yogjakarta sampai akhir tahun 2005, Dedi Fatria kembali ke tanah kelahiran Bukittinggi.














