Di kota kelahiran inilah Dedi Fatria yang sudah meraih gelar Sarjana Hukum mulai memperhatikan lingkungan sekitarnya untuk kembali meneruskan semangat membangun masyarakat. Dengan meneguhkan kepedulian kepada sesama, beliau melangkah dalam berbagai bidang, termasuk ke semua lini yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Di Bukittinggi, Dedi Fatria mengawali kegiatan sosialnya terkait dengan disabilitas yaitu dengan mendirikan pondok terapi autisma Al-Ikhlas dengan beberapa teman. Pendirian pondok terapi ini dimulai dengan patungan sebanyak 3 orang, yang masing-masingnya mengeluarkan dana Rp3.500.000.
Satu tahun berjalan, lembaga yang dipimpinnya memiliki siswa sebanyak tujuh belas orang. Mengingat lokasi yang amat sempit untuk 17 siswa saat itu, maka dengan segala keterbatasan terpaksa harus dipindahkan ke lokasi yang lebih luas.
Kemudian Pondok Terapi Autisma pindah ke Jalan Hamka Kelurahan Pakan Kurai pada tahun 2008. Disini jumlah siswa telah mencapai 40 orang lebih. Karena memiliki banyak siswa waktu itu, akhirnya Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar mendatangi lembaga ini, dan meminta lembaga Pondok Terapi Autisma diformalkan menjadi Sekolah Luar Biasa (SLB).
Pada tahun 2009 Dedi Fatria tidak lagi menjadi Pimpinan Pondok Terapi Autisma. Posisinya sekarang menjadi Ketua Yayasan SLB Autis AL-Ikhlas dan telah memiliki siswa sebanyak 130 orang. Saat ini SLB Autis AL-Ikhlas memiliki bangunan sendiri yang terletak di Jalan Paninjauan Garegeh, dan berdiri diatas tanah seluas 750 meter persegi.
Dedi Fatria sejak muda memang sudah sangat sibuk dengan dunia organisasi. Pengalaman organisasinya itu telah mengantarkannya menjadi Anggota DPRD pada usia 34 tahun.














