Selain memiliki perhatian tinggi terhadap disabilitas, ia juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, termasuk kepeduliannya terhadap adat dan budaya.
Seluruh organisasi adat yang ada di Kota Bukittinggi yang identik dengan Nagari Kurai Limo Jorong, namanya tercantum sebagai pengurus, mulai dari Sekretaris SUMARAK (Suaro Mupakaik Anak Rang Kurai), sekretaris tim pemulihan aset Nagari Jorong Koto Selayan, pengurus KAN Koto Selayan, pengurus LKAAM Kota Bukittinggi, dan juga Pengurus pada Badan Pekerja Kerapatan Adat Kurai.
Setelah menjadi anggota DPRD, Dedi Fatria tidak hanya mengurusi yayasan yang dipimpinnya, namun satu persatu kelompok disabilitas lainnya mulai menemuinya untuk minta dukungan. Seperti Persatuan Tuna Netra (PERTUNI) Kota Bukittinggi yang memintanya untuk menjadi penasehat pada Musda 2016.
Kemudian (GERKATIN) Gerakan Kesejahteraan Tuna Runggu Kota Bukittinggi yang memintanya menjadi Ketua Spesial Olympic (SOIna) untuk kelompok tuna grahita.
Kegiatan yang pernah dilakukan untuk disabilitas cukup banyak, baik yang berasal dari pengembangan kegiatan di Kota Bukittinggi maupun kegiatan yang mengandeng Kementrian.
Sebagai pemerhati Disabilitas, sudah banyak kegiatan Kemenpora berbasiskan disabilitas yang dilaksanakan di Bukittinggi. Berkat perhatiannya itu, ia meraih penghargaan sebagai tokoh peduli disabilitas dari Gubernur Sumatera Barat.
Saat ini Dedi Fatria masih menuntaskan amanah diperiode ketiganya menjadi Anggota DPRD Kota Bukittinggi, Selain menjadi Ketua Komisi I DPRD, ia juga dipercaya menjadi Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD sejak tahun 2014 sampai sekarang.














