Oleh : Suci Kurnia Putri, S.Pd. (Guru Sosiologi SMA Islam Al Ishlah Bukittinggi)
Pendidikan di era modern saat ini tidak hanya menuntut kecakapan intelektual semata, tetapi juga penguatan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hadir sebagai sebuah inovasi pembelajaran yang mengedepankan pendekatan proyek berbasis nilai-nilai Pancasila.
Salah satu tema yang kerap diangkat dalam P5 adalah kearifan lokal, yakni pelestarian budaya dan nilai-nilai adat yang berakar kuat dalam masyarakat. SMA Islam Al Ishlah Bukittinggi menjadi contoh nyata dalam mengimplementasikan P5 kearifan lokal melalui tradisi makan bajamba.
Kegiatan makan bajamba yang dilaksanakan pada Selasa, 13 Mei 2025, menjadi momentum penting bagi SMA Islam Al Ishlah dalam memperkenalkan sekaligus menginternalisasi nilai-nilai budaya Minangkabau kepada peserta didik.
Kegiatan ini dikoordinasi oleh guru pembimbing yakni Nia Mahesa Agustia, Anita Wahyuni, dan Lola Rahmana Putri, dengan dukungan guru lain sebagai fasilitator.
Tidak hanya sebatas seremoni adat, kegiatan ini dirancang sebagai proses pembelajaran yang mengandung banyak makna dan nilai yang sangat relevan dengan pengembangan karakter pelajar masa kini.
Makan bajamba sendiri merupakan tradisi makan bersama yang sarat nilai kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap sesama. Dimulai dengan pasambahan atau prosesi penyambutan, tradisi ini mengajarkan pentingnya saling menghormati dan menjaga kesopanan.
Dalam konteks pendidikan, hal ini menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai sosial dan budaya secara langsung kepada peserta didik. Proses duduk bersama secara melingkar dan berbagi hidangan tanpa sekat menggambarkan prinsip keadilan dan kesetaraan yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Yang membuat kegiatan ini semakin istimewa adalah keberagaman peserta didik yang mengikuti kegiatan makan bajamba. Mereka berasal dari berbagai daerah dan tempat tinggal yang berbeda-beda, baik dari dalam maupun luar Bukittinggi.
Dalam kelompok-kelompok makan bajamba, siswa-siswi tersebut duduk bersama dan membaur tanpa memandang asal-usul mereka. Situasi ini menciptakan suasana keakraban dan persatuan yang nyata, sekaligus menguatkan semangat kebhinekaan dan toleransi yang merupakan bagian penting dari Profil Pelajar Pancasila.
Melalui pengalaman ini, para pelajar belajar langsung bagaimana cara hidup berdampingan dalam keberagaman, menjaga harmoni, dan bekerja sama dalam sebuah kegiatan kolektif.
Mereka tidak hanya memahami teori tentang kebhinekaan, tetapi mengalaminya secara langsung dalam aktivitas yang menyenangkan dan bermakna. Interaksi lintas budaya ini menjadi pembelajaran sosial yang penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga matang secara emosional dan sosial.
Lebih jauh, kegiatan makan bajamba dalam P5 ini menginternalisasi nilai-nilai utama Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Nilai gotong royong tercermin dari kerja sama siswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan, sedangkan nilai keimanan tampak dalam doa dan tata cara yang dijaga selama prosesi.
Kreativitas dan kemandirian siswa juga diasah saat mereka mengorganisasi acara dan mempresentasikan makna dari tradisi yang mereka jalani. Sikap kritis muncul ketika siswa diajak merefleksikan dan mendiskusikan relevansi tradisi tersebut dengan kehidupan modern mereka.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan karakter dan pelestarian budaya dapat berjalan seiring. Di tengah arus globalisasi yang kian deras, upaya menjaga dan mengembangkan kearifan lokal sangat penting agar generasi muda tidak kehilangan jati diri.
SMA Islam Al Ishlah Bukittinggi menunjukkan bahwa sekolah dapat menjadi garda terdepan dalam melestarikan budaya sekaligus membentuk generasi pelajar yang berkarakter Pancasila.
Ke depan, diharapkan kegiatan seperti makan bajamba dalam P5 kearifan lokal tidak hanya menjadi acara tugas semata, tetapi terus berkembang menjadi budaya sekolah yang melekat dan menjadi sumber inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya.
Dengan demikian, membangun Profil Pelajar Pancasila bisa dimulai dari hal-hal sederhana namun bermakna seperti duduk bersama dalam makan bajamba, saling berbagi, dan menghormati perbedaan.
Sebagai penutup, tradisi makan bajamba bukan hanya sebuah ritual adat, melainkan sebuah metode pembelajaran karakter yang mengakar pada nilai budaya dan sosial.
SMA Islam Al Ishlah Bukittinggi telah membuktikan bahwa pendidikan yang membumi dan membudaya adalah fondasi penting untuk membentuk pelajar Indonesia yang cerdas, berbudi pekerti luhur, dan siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan identitas bangsa. (*)










