PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID- Bunda PAUD Kota Pariaman, Yosneli Balad menekankan pentingnya kesamaan hak anak berkebutuhan khusus atau ABK dalam menempuh jenjang pendidikan. Ia mengimbau para orang tua bisa memberi kesempatan anak-anaknya unjuk penampilan tanpa merasa rendah diri.
“Saya merasa sangat bangga dan terharu, karena hari ini kita membuka lembaran baru dalam dunia pendidikan kita yaitu, sebuah komitmen bersama untuk tidak meninggalkan satu anak pun dalam haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak,” kata dia saat peluncuran penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Kota Pariaman, Senin (26/5).
Menurutnya, PAUD harus diselenggarakan secara nondiskriminatif dan menjamin akses yang adil bagi seluruh anak, termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Secara tegas, Yosnelli mengimbau para orang tua dan guru untuk tidak membeda-bedakan kasih sayang kepada anak-anak, apalagi anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus tersebut.
“Jangan malu jika kita mempunyai anak-anak berkebutuhan khusus, jangan disembunyikan atau dikurung di rumah saja. Jangan bedakan kasih sayang kita kepada mereka. Mereka berhak bahagia, berhak beradaptasi dengan lingkungan dan berhak mendapatkan pendidikan yang baik sesuai dengan kondisi mereka,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Yosnelli menjelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah bentuk keberpihakan. Ia lahir dari kesadaran bahwa setiap anak adalah unik, istimewa, dan berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang ramah dan mendukung tidakk terkecuali ABK.
Selama usia emas anak, khususnya usia dini, kita tidak hanya bicara tentang kemampuan membaca, berhitung, atau menulis, kita berbicara tentang nilai-nilai dasar kehidupan, cinta, penerimaan, keberagaman, dan empati. Oleh karena itu, pendidikan inklusif harus dimulai sejak PAUD, karena pada tahap inilah karakter anak dibentuk secara mendasar.
“Ada dua hal yang menjadi catatan bagi kita semua yaitu mengajak seluruh pengelola satuan PAUD untuk mulai memahami, mempersiapkan, dan melaksanakan pendekatan inklusif dalam kegiatan pembelajaran. Sebab, pendidikan anak usia dini bukan hanya untuk anak yang “mudah diajar”, tetapi juga untuk mereka yang membutuhkan sentuhan lebih sabar, lebih lembut, dan lebih mendalam,” jelasnya.
Lebij lanjut, Yosnelli mengimbau kepada seluruh orang tua, agar turut membangun lingkungan yang inklusif di rumah. Ia dengan tegas melarang adanya anak yang disembunyikan karena berbeda dari anak-anak lainnya.
“Saya harap, jangan ada lagi anak yang dikucilkan karena dianggap berbeda. Mari kita tanamkan dalam hati bahwa perbedaan bukan alasan untuk memisahkan, tetapi jembatan untuk saling memahami,” tegasnya.
Ia turut berharap agar kesempatan tersebut sebagai awal dari gerakan Bersama, mewujudkan Pariaman sebagai kota yang inklusif sejak usia dini, kota yang benar-benar menghargai hak dan potensi semua anak tanpa kecuali.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wali Kota, Universitas Negeri Padang, Dinas Pendidikan, para guru, serta semua pihak yang telah menunjukkan komitmennya untuk membangun pendidikan yang inklusif dan humanis,” pungkasnya. (*)














