“Kami datang ke sekolah agar anak-anak tahu siapa mamaknya, apa sukunya. Sekarang ada yang bahkan tak mengenal itu,” ucapnya.
Lebih jauh, ia menyebutkan, tugas Bundo Kanduang yang memperkenalkan adat dan budaya, sekaligus mengajarkan bersikap, berbicara, dan bertingkah laku sesuai nilai Minangkabau.
“Anak-anak perlu memahami bagaimana bertutur kepada yang lebih tua (mandaki), sebaya (mandata), dan kepada yang lebih muda (manurun). Ini bagian dari Kato Nan Ampek, kearifan lokal yang sangat penting dalam kehidupan sosial,” tambahnya.
Kepala SMPN 1 Padang Panjang, Ermita menyambut baik kegiatan ini.
“Kami berterima kasih karena sekolah kami menjadi salah satu lokasi kegiatan ini. Harapannya, anak-anak bisa memahami nilai sopan santun, tata krama, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Hal senada disampaikan Kepala SMPN 5, Milda Guza. Ia menjelaskan program ini sangat bermanfaat. Terlebih, mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM) sudah tidak ada lagi di kurikulum.
“Dengan kehadiran Bundo Kanduang, siswa lebih memahami nilai-nilai adat. Mereka tahu mana yang elok dan yang tak patut dilakukan. Ini sejalan dengan Program P5 kami yang juga mendatangkan pemangku adat,” ungkapnya.














