PADANG, HARIANHALUAN.ID– Dirlantas Polda Sumbar Muhammad Reza Chairul Akbar Siddiq, telah berkiprah dalam dunia kepolisian kurang lebih 22 tahun.
Pria kelahiran Semarang 12 Oktober 1982 itu mengaku bersyukur karena meskipun bukan tugas yang mudah, profesi sebagai polisi telah menjadi ladang amal ibadah baginya di dunia ini.
“Dengan mengemban amanah tersebut telah memberi saya banyak kesempatan untuk membantu dan melayani masyarakat,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan Haluan.
Dirlantas Polda Sumbar yang baru dilantik pada 14 April lalu mengatakan baginya tugas polisi ini sangat mulia karena bisa membantu, melindungi, melayani masyarakat kemudian menegakkan tibmas, serta menegakkan hukum.
“Dengan begitu jadi amal ibadah yang pahala terus mengalir dengan membantu orang banyak, Karena kan sebaik-baiknya manusia itu adalah yang bermanfaat bagi sesamanya,” ujarnya.
Reza sangat menyayangkan masih ada sebagian masyarakat yang memandang negatif profesi polisi. Namun, baginya pandangan buruk itu bukanlah menjadi hambatan untuk terus berkomitmen memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
“Terkadang saya juga merasa sedih karena beberapa memandang profesi ini buruk akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.Ibarat peribahasa karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Akibat perbuatan segelintir oknum, semua polisi kena imbasnya. Seperti kami tidak pernah berbuat baik sedikitpun. Tapi kita tetap tegar dan kuat bahkan hal tersebut menjadi motivasi untuk bekerja yang terbaik bagi masyarakat,” ujarnya.
Menjabat Dirlantas Polda Sumbar, baginya adalah sebuah amanah atau kepercayaan yang diberikan, dan bukan menjadi suatu beban yang sulit diemban.
AKBP Reza berprinsip bahwa semua dapat dicapai dan dijalankan asalkan ada keinginan kuat tertanam dalam diri. Dalam menjalankan tugas ia menerapkan prinsip kekeluargaan memimpinan dan membimbing anggotanya.
“Saya tidak ingin hubungan dengan anggota hanya sebatas pimpinan dan bawahan, jadi saya bisa berperan sebagai atasan, teman, saudara, bapak dan juga adik.
Sebab yang saya pimpin ada yang usianya di atas maupun di bawah saya, makanya tidak mungkin mereka diperlakukan sama semuanya,” ujarnya lagi.
Namun demikian prinsip tersebut tetap disertai dengan sikap tegas. Setiap kesalahan akan ada konsekuensi begitu pula sebaliknya setiap prestasi ada reward.
“Jadi kita tetap bersikap fair dan adil. Kita harus seimbang antara punishment dan reward,” ujarnya.
AKBP Reza menceritakan cita-citanya menjadi seorang polisi merupakan kesan dari bapaknya yang merupakan anggota Polri bertugas di bidang reserse.
Masa kecilnya pernah tinggal di lingkungan kepolisian karena bapaknya sempat bertugas di Akademi Kepolisian.
Dirinya pada masa itu sering melihat aktivitas dan kegiatan Taruna, sehingga dari sana minat menjadi seorang polisi semakin timbul di dalam dirinya.
“Kalau reserse itu jarang pulang jadi kami bertiga bersaudara lebih banyak diasuh oleh ibu. Kita dididik cukup disiplin baik itu dalam agama.
Kalau tidak salat dan mengaji pasti kena sabetan rotan,dan sabetan ikat pinggang. Nah seperti itu secara tidak langsung sudah membentuk karakter.
Ibu selalu hadir dalam segala kondisi, memberikan kasih sayang dan merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam kehidupan saya,” ujarnya.
Lulus SMA tahun 2000 ia mengejar cita-citanya dan mendaftar ke Akademi Kepolisian. Berhasil lulus dari sekolah tersebut pada tahun 2003 yang dilantik langsung oleh Presiden Megawati di Istana Negara.
Dalam perjalanannya sebelum ditunjuk sebagai Dirlantas Polda Sumbar, AKBP Reza hampir sebagian karirnya bertugas sebagai Polantas dan juga sering ditempatkan di area Sumatera.
Ia pernah menjabat Kasat Lantas di Polres Way kanan, Kasat Lantas Polres Lampung Tengah, Polres TNK ditlantas Polda Lampung, Kasat Lantas Polresta Bandar Lampung, lalu KaSi SIM DitLantas Polda Lampung, kemudian Kasat Lantas lagi di Polrestabes Medan. Dengan bermodal pengalaman itu dilantik menjadi Dirlantas dan wilayah Sumbar tidak asing baginya.
“Pada tahun 2021 menjabat Kapolres Mandailing Natal. Karena berbatasan dengan Sumbar sering melintas ke Bukittinggi atau Padang, kalau mau terbang ke Jakarta juga melalui BIM. Makanya Sumbar tidak asing karena sudah sering melintas,” ujarnya
Lebih jauh diceritakannya, tantangan terberat selama bertugas di bidang lantas bahwa ia harus berada jauh dari keluarganya. Terutama ketika dalam perayaan hari besar demi bertugas untuk menjamin kelancaran dan keamanan masyarakat dalam berlalu lintas.
“Ketika misalnya Lebaran dan tahun baru tentunya tidak bisa merayakan bersama keluarga, anak , orang tua dan saudara. Sebab harus bertugas mengamankan, dan melancarkan arus mudik.
Ketika semuanya sudah berjalan normal, barulah kami bisa ada kesempatan untuk silaturahmi dengan keluarga,” ujarnya (*)














