PADANG, HARIANHALUAN.ID — Seorang nasabah Mandiri Utama Finance (MUF) Padang, Taufik Hidayat, mengaku kecewa dan merasa dirugikan atas tindakan sepihak penarikan kendaraan oleh pihak MUF, tanpa pemberitahuan resmi maupun proses yang transparan. Ia juga menyebutkan barang-barang pribadi yang bernilai penting dalam kendaraan tersebut hilang.
Taufik menjelaskan bahwa dirinya mengajukan pinjaman modal di PT Mandiri Utama Finance Cabang Padang. Namun, setelah memasuki bulan keenam masa angsuran, ia mengalami kesulitan ekonomi dan sempat menunggak selama dua bulan. “Saya sudah berkomunikasi dengan kolektor internal dan diberi waktu hingga akhir Juni 2025 untuk menyelesaikan tiga bulan angsuran,” ujarnya, Selasa (1/7).
Namun, pada 16 Juni 2025, Taufik didatangi oleh seseorang yang mengaku dari pihak MUF. Ia diminta datang ke kantor cabang di Ulak Karang untuk mendiskusikan pelunasan. Karena saat itu ia memiliki kesanggupan untuk membayar, Taufik pun memenuhi permintaan tersebut. “Sesampainya di kantor MUF, niat saya untuk membayar justru ditolak. Mereka bilang kendaraan saya sudah masuk status penarikan dan tidak bisa dilakukan pembayaran. Padahal saya belum pernah mendapat surat peringatan atau pemanggilan resmi sebelumnya,” katanya.
Ia menuturkan, saat masih berada di dalam kantor untuk mengurus administrasi, mobilnya secara tiba-tiba sudah tidak ada di tempat parkir. Barang-barang pribadinya dikeluarkan secara sepihak dan diletakkan begitu saja di teras kantor. “Saya kaget, semua barang saya dikeluarkan tanpa sepengetahuan saya. Mobil langsung dibawa pergi tanpa saya dampingi. Mereka hanya mengembalikan kipas angin dan dompet, tapi barang penting lainnya tidak ada,” ucap Taufik.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa barang-barang yang hilang meliputi tas kecil, dokumen penting, flashdisk, dan ijazah yang disimpan di bawah jok bangku mobil. Ia kemudian melapor ke kantor MUF dan diarahkan ke gudang tempat mobil dititipkan, namun barang-barang tersebut tetap tidak ditemukan secara utuh.
“Saya menemukan beberapa nota dan faktur masih ada di mobil, tapi flashdisk dan ijazah saya sudah tidak ada. Padahal saya tahu persis letak barang-barang saya karena saya yang setiap hari menggunakan mobil itu,” tuturnya.
Taufik merasa dirugikan secara materi dan moral. Ia menyayangkan sikap MUF yang tidak kooperatif dan cenderung lepas tangan terhadap kejadian tersebut. “Ini bukan semata soal kendaraan. Yang hilang adalah barang penting, termasuk dokumen akademik dan data kerja saya yang berisi akad kemitraan. Saya sudah kooperatif dari awal, bahkan ingin membayar angsuran, tapi justru diperlakukan seperti ini,” ujarnya.














