Untuk itu, Efriwazrita mengajak para orang tua agar lebih bijak dalam memperkenalkan teknologi kepada anak. Ia mendorong agar penggunaan handphone diarahkan ke konten yang edukatif dan mendukung kreativitas serta pembelajaran anak.
“Pola asuh digital yang sehat dan seimbang harus menjadi komitmen bersama. Edukasi dan kesadaran sejak dini adalah kunci dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga matang secara emosional dan sosial,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Ashoka Asia Tenggara, Nani Zulminarni, menyoroti fenomena yang kian mengkhawatirkan belakangan ini, yakni kecanduan gadget pada anak-anak, bahkan sejak usia dini.
“Anak-anak saat ini sangat sulit lepas dari gawai dalam aktivitas sehari-hari, termasuk balita. Untuk mengatasinya, kita tidak bisa sepenuhnya mencegah keterlibatan anak dengan gadget, tapi bisa menciptakan aktivitas tandingan agar mereka lupa dengan gadget,” ujar Nani saat menghadiri peringatan Hari Keluarga di ZHM Premiere Hotel, pekan lalu.
Menurutnya, orang tua sebagai lingkungan pertama yang dikenal anak dalam keluarga, memiliki peran krusial dalam membentuk kebiasaan dan pola asuh. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengajak anak beraktivitas di luar rumah, seperti berkebun, membuat kue, atau kegiatan lain yang bersifat kreatif dan melibatkan fisik.
“Kegiatan di alam terbukti menjadi terapi yang efektif untuk anak-anak yang mengalami kecanduan gadget,” katanya.














