Catatan : Hasril Chaniago
Sebelum bertolak dari Tanah Air (Padang dan Jakarta), rombongan “Safari Yunnan” (di luar gubernur dan pejabat pemerintah daerah Sumatera Barat) sudah menyusun agenda sendiri. Yaitu mengunjungi lokasi-lokasi di luar Kota Kunming, seperti kota wisata dan kota warisan dunia UNESCO, Lijiang, pusat kehidupan Suku Mosuo di Danau Lugu, dan terakhir mengunjungi kota muslim Shadian serta meninjau Masjid Raya Shadian, masjid terbesar di Tiongkok. Perjalanan selama lima hari (20–24 Juni) ini mencakup safari darat dengan rute total sepanjang lebih kurang 2.500 km.
Rombongan 14 orang “Safari Yunnan” ini terdiri Senator Sumatera Barat, Irman Gusman dan istri, Liestyana Rizal, mantan Gubernur Sumatera Barat dan Mendagri, Gamawan Fauzi dan istri, Vita Nova Gamawan, pengusaha serta aktivis sosial dan budaya, Haneco Widjaja Lauwensi, tokoh Muhammadiyah, Shofwan Karim, Ketua Majelis Kelitbangan Sumbar, Musliar Kasim, Ketua Umum Bundo Kanduang, Puti Reno Raudha Thaib, penulis, Hasril Chaniago dan istri, Nelfida, Kahar The (HBT), Rukiat Tasib (HTT), relawan dan editor Wikimedia Indonesia, Rahmat Irfan Denas, dan didampingi “pemandu khusus” Chow Chien Hong alias Hong Joe. Pria yang akrab dengan panggilan Joe ini sebenarnya seorang pengusaha, sahabat dan mitra bisnis Haneco. Warga Negara Tiongkok yang sering bolak-balik ke Indonesia ini menguasai dengan baik tiga bahasa, Mandarin, Inggris dan Indonesia. Jadi sekaligus bisa menjadi penerjemah andalan bersama Kahar The, penerjemah Mandarin dari Padang.
Istri Irman Ketinggalan HP
Setelah mengikuti acara penandatanganan LOI antara Sumatera Barat–Yunnan di Green Lake Hotel & Convention di Kunming, rombongan Safari Yunnan dengan menggunakan bus pariwisata bertolak ke tujuan pertama, Kota Lijiang, lk. 520 km dari Kunming. Namun baru sekitar 30 kilometer kami meninggalkan Hotel Green Lake, tiba-tiba Liestyana Rizal, istri Irman Gusman, berteriak nyaris histeris. “HP saya ketinggalan…,” katanya setengah panik setelah menguasai-usai tasnya.
Mungkin karena terasosiasi dengan pikiran di Indonesia, Irman, suaminya berusaha menghibur dengan mengatakan, “Sudahlah Lies, mungkin itu bukan rezeki kita,” katanya. Lies langsung bereaksi dengan mengatakan, “Mana bisa, HP itu sudah setengah nyawa saya. Semuanya ada di sana, juga rekening bank dan banyak data pribadi lainnya.”
“Ibu ingat, HP itu tinggalnya di mana?” tanya Kahar berusaha memberikan empat.
“Ya, saya ingat, tertinggal di kursi tempat acara tadi. Ketika foto-foto sama Bu Vita, saya taruh bersama tas, tapi ketika pergi hanya tas saja yang saya bawa, HP-nya lupa,” kata Lies, masih kelihatan panik.














