Bila tanpa jalan tol, sulit membayangkan bisa menempuh Kunming–Lijiang dalam waktu kurang tujuh jam, karena jaraknya sama dengan Padang–Jambi. Lagi pula, jalan tol yang didesain lurus dan nyaris datar, membuat mobil bisa lari dalam kecepatan optimal 80–120 km per jam. Namun untuk membuat jalan tol seperti itu, menembus banyak bukit dan gunung serta melintasi banyak sungai dan jurang, dipastikan biayanya tidaklah sedikit.
Guna mengatasi medan yang begitu berat, jalan tol harus dibangun dengan membuat banyak terowongan menembus bukit dan gunung serta ratusan jembatan untuk mengatasi jurang dan sungai. Berdasarkan hitungan saya sendiri dan merujuk kepada data Departemen Transportasi Tiongkok, di jalur jalan tol Kunming – Lijiang sepanjang 550 km ada sebanyak 61 terowongan dan sekitar 300 jembatan panjang dan pendek. Total panjang terowongannya 67 km dengan yang terpanjang adalah Huajiaoqing Tunnel sepanjang 4,3 km lebih, terletak antara Kunming dan Lijiang. Sedangkan jembatan terpanjang (1.681 meter) adalah jembatan gantung Jin’an yang melintasi Sungai Jinsha, antara Dali dan Lijiang. Jembatan gantung Jin’an juga termasuk lima jembatan gantung terpanjang di seluruh China. Kedua sisi sungai Jinsha harus dihubungkan dengan jembatan gantung karena bentangan jembatan dan terowongan di atasnya terletak di ketinggian 461 meter dari permukaan sungai. Tidak bisa dibuat tiang penyangga jembatan.
Infrastruktur untuk 50 Tahun ke Depan
Setelah menginap semalam di Lijiang, Sabtu pagi 21 Juni 2025 kami meneruskan perjalanan ke Desa Luoshui di pinggir Danau Lugu. Luoshui yang berjarak sekitar 250 dari Lijiang adalah desa utama tempat tinggal suku Mosuo, satu-satunya suku matrilineal di Yunnan dan Tiongkok. Separuh perjalanan, sampai Kabupaten Ninglang (bagian dari Kota Prefektur Lijiang), masih dilanjutkan dengan jalan tol menembus bukit serta melintas sungai dan jurang di ketinggian antara 2.500–3.000 mdpl. Sepanjang 130 km jalan tol tersebut terdapat 16 terowongan dan lebih 20 jembatan panjang dan pendek. Jadi total untuk ruas jalan tol dari Kunming–Dali–Lijiang–Ninglang sepanjang lk. 780 km terdapat setidaknya 77 terowongan dan lebih 300 jembatan. Berapa kira-kira biaya pembangunannya?
Dari total sekitar 2.500 km rute Safari Yunan yang kami lakukan dari 20–24 Juni, lebih 80 persen adalah melalui jalan tol. Hanya exit toll dan jalan keluar-masuk dan di dalam kota saja yang bukan jalan tol. Ditambah jalan dari Ninglang ke Desa Luoshui yang berupa jalan lingkar biasa yang banyak berkelok, turun dan mendaki. Menurut Bro Joe, pemandu istimewa kami, sebenarnya Pemerintah Tiongkok dan Provinsi Yunnan sudah pernah memulai pembangunan jalan tol antara Ninglang dengan pusat pemukiman suku Mosuo itu. Tetapi ketika dibor untuk membuat terowongan, ada sebuah bukit yang memiliki mata air raksasa dan tidak bisa ditembus. Ketika dicari alternatif menghindari titik yang pertama, ternyata ditemui lagi mata air yang hampir sama besarnya. Pembuatan terowongan gagal. Walhasil, rencana membangun lanjutan jalan tol sekitar 100 km itu masih tertunda.
Dari sekitar 2.000 km jalan tol yang kami lewati, ada ciri yang sama, yaitu lembang dan sepi. Belum tentu dalam 1 kilometer kita berpapasan dengan mobil lain di jalur di sebelahnya. Demikian pula, jarak antara mobil yang kita tumpangi dengan kenderaan di depan atau dibelakang, jarang yang kurang dari 500 meter. Bahkan sering, serasa hanya bus kitalah satu-satu yang ada di jalan tol itu karena sejauh mata memandang kita tidak ada melihat mobil lain di depan maupun belakang.
Tak ayal, kenyataan ini memuat di antara anggota rombongan berdecak kagum. “Kira-kira buat apa mereka membangun jalan tol kalau jumlah mobil yang lewat hanya sedikit sekali,” kata Buya Shofwan Karim setengah bertanya. Langsung dijawab Prof. Musliar Kasim yang juga sering berdecak kagum. “Nampaknya pemerintah China membangun infrastruktur bukan untuk menjawab kebutuhan saat ini, misalnya untuk mengatasi macet. Tapi mungkin untuk menjawab kebutuhan 50 tahun lagi,” kata mantan Wakil Menteri Pendidikan itu mengemukakan analisisnya.














