Kopi gerobak seolah ada di mana-mana. Lumrahnya, di setiap sudut Kota Padang, ada kopi yang menanti para pengopinya. Tren kopi gerobak atau biasa disebut kopi keliling ini setidaknya sedang musim-musimnya sejak dua tahun terakhir ini.
Di siang yang terik, seiring dengan jam istirahat orang-orang yang bekerja, gerobak kopi—di persimpangan, jalan perkantoran, taman kota, dan tempat lain—selalu dikerubungi penikmatnya. Mungkin saja, mata jalang dari efek mengopi baginya sebagai penyemangat dalam menjalani rutinitas ataupun menjaga stabilitas tenaga dan pikiran.
Bima (30), salah seorang penjajal kopi gerobak mengatakan, panas hari dan jam istirahat ini jadi ladangnya bagi kopi gerobak. Orang-orang dari berbagai kalangan menyerbu, seakan kopi ini telah menjadi minuman wajib di setiap hari yang dijalani orang-orang sekarang ini.
“Ada anak sekolah, anak kuliah, orang kantoran, karyawan-karyawan dari perusahaan, dan ojek online pun ramai memesan kopi. Mungkin bukan karena harganya yang relatif murah saja, tapi juga karena praktis ini,” katanya kepada Haluan, Senin (14/7).
Sehari penjualannya, kopi yang dijajalkan Bima bisa laku sampai 80 hingga 100 cup lebih dari rata-rata Rp10 ribu harga per cup. “Siang itu saya bisa cukup kewalahan untuk menyediakan kopi ke pembeli. Saya biasanya mangkal di dua titik dari waktu pagi jelang siang, dan siang hingga sore atau malam,” katanya.
Bima mengatakan, kopi gerobak yang dijajalkan ini lebih dulu ada kedainya daripada gerobak kopi. Maraknya kopi gerobak yang berseliweran, kedai kopi tersebut turut ambil bagian menjajalkan kopinya dengan berkeliling.
Begitu juga kata Rindu (27), yang juga seorang pedagang kopi gerobak. Ia menjajalnya tidak tergantung pada titik tertentu, justru mobile mencari titik yang ramai saja.














