Catatan : Hasril Chaniago
Sejarah Islam di Yunnan, dan Tiongkok umumnya, sering dikaitkan dengan sejarah Islam di Indonesia melalui Laksamana Cheng Ho alias Zheng He (1371–1433). Cheng Ho dilahirkan pada 1371 di Desa Kun Yang, kini masuk Distrik Jinning, Kota Kunming, Yunnan. Terlahir dengan nama Ma He, ia disebutkan berasal dari keluarga Muslim Hui, etnis minoritas Tionghoa yang memeluk Islam. Ayah dan kakeknya adalah muslim yang konon telah menunaikan ibadah haji ke Mekah pada masanya. Hal ini menunjukkan Cheng Ho adalah muslim sejak lahir.
Dalam sejarahnya, Cheng Ho seorang pelayan kasim istana yang mencapai jabatan tinggi sebagai Laksamana Agung di Kekaisaran Ming. Oleh Kaisar Yongle dan kemudian Kaisar Xuande, Cheng Ho ditugaskan memimpin tujuh ekspedisi pelayaran besar ke Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat, dan Afrika Timur dari tahun 1405 hingga 1433. Menurut legenda, kapalnya yang lebih besar membawa ratusan pelaut di empat dek dan panjangnya hampir dua kali lipat dari kapal kayu mana pun yang pernah tercatat. Jejak pengelanaannya di Nusantara ditemukan di Palembang, Semarang, Demak, Gresik, hingga ke Aceh.
Cheng Ho wafat sekitar 1433 dalam ekspedisinya yang ketujuh di India. Tetapi tempat wafat dan makamnya hingga kini masih menjadi perdebatan sejarah. Kemungkinan ia wafat di laut dan sesuai tradisi pelaut jenazahnya dimakamkan (dibenamkan) di laut. Namun di Gunung Niushou, Nanjing, Provinsi Jiangsu, ia dibangunkan makam simbolis. Makam bergaya Islam-Tiongkok itu tidak berisi jasad Cheng Ho, tetapi hanya sebagai tempat penghormatan dan simbolis saja.
Islam sudah masuk ke Tiongkok jauh sebelum masa hidup Laksamana Cheng Ho. Masyarakat Tiongkok sudah mengenal Islam sejak Dinasti Tang (618–907 M) dan Dinasti Song (960–1279 M) melalui para pedagang Arab dan Persia yang datang lewat Jalur Sutra darat dan laut. Di Yunnan sendiri, Islam hadir lebih kuat pada masa Dinasti Yuan (1271–1368), ketika Kekaisaran Mongol menguasai Tiongkok.
Konon, Kaisar Kubilai Khan (pendiri Dinasti Yuan) merekrut banyak orang Muslim dari Asia Tengah untuk menjadi pejabat, insinyur, dan tentara. Banyak Muslim ditempatkan di wilayah Yunnan untuk membantu administrasi dan pengamanan perbatasan, sehingga menciptakan komunitas muslim yang kuat di wilayah ini. Mereka kawin-mawin dengan penduduk setempat, kemudian dikenal sebagai bagian dari kelompok Hui, yaitu etnis muslim yang berbahasa Mandarin dan berasimilasi secara budaya dengan Han, etnis mayoritas yang merupakan lebih 90 persen penduduk Tiongkok.
Pada masa itu, muslim di Yunnan membangun banyak masjid, madrasah (sekolah Islam), dan pusat-pusat komunitas di kota-kota seperti Kunming, Dali, Baoshan, dan Shadian. Mereka juga memainkan peran penting dalam perdagangan, teknik militer, pertanian, dan hubungan lintas batas ke Asia Tenggara.














