“Balai TIK harus hadir di lapangan. Jangan hanya ada di papan struktur. Kita butuh mereka menjangkau hingga kabupaten dan kota,” ujarnya.
Yudhistira menjelaskan bahwa saat ini Pusdatin tengah memperkuat tiga pilar utama, yakni pengelolaan teknologi informasi, pengembangan teknologi pendidikan, dan pemanfaatan data statistik pendidikan.
Ketiga pilar ini didorong untuk mendukung 17 program prioritas nasional, terutama di bidang transformasi digital pembelajaran.
“AI bukan untuk menggantikan guru, tapi untuk membantu mereka. Kita punya lebih dari 300 ribu sekolah di Indonesia. Tanpa teknologi, tidak mungkin semuanya terlayani dengan efektif,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara Balai TIK, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat sebagai pondasi utama untuk mempercepat digitalisasi pendidikan.
“Kita tidak bisa lagi jalan sendiri-sendiri. Ini saatnya bersatu, bergerak cepat, dan berpikir jauh ke depan,” pungkasnya.
Rakornas Balai TIK yang diadakan di Padang ini diikuti oleh perwakilan dari 38 provinsi, termasuk Jawa Tengah, Papua, dan sejumlah daerah lainnya. Diharapkan, forum ini mampu melahirkan peta jalan baru demi percepatan pemerataan pembelajaran digital hingga ke pelosok negeri. (*)














