SAWAHLNTO, HARIANHALUAN.ID — Desa Silungkang Duo, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto dikunjungi mahasiswa dan dosen peserta International Documentation Camp of Vernacular Architecture (Indonesia Vernadoc) yang meneliti dan mendokumentasikan kincir air atau ‘kincie lasuang’ pabrik kopi tradisional.
“Kincia lasuang” adalah teknologi tradisional masyarakat Silungkang untuk menumbuk biji kopi yang digerakkan oleh energi air.
Metode Vernadoc sendiri merupakan pendekatan ilmiah untuk mendokumentasikan arsitektur tradisional dengan teknik gambar manual yang terukur, menggunakan media pensil, pena, dan tinta. Pendokumentasian dilakukan langsung di lapangan (on site), berdasarkan observasi mendalam terhadap bentuk dan fungsi bangunan.
Kegiatan ini diikuti oleh 27 mahasiswa dan dosen dari lima negara, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Austria, dan Swedia, dan berlangsung selama dua pekan, mulai 14 hingga 28 Juli 2025.
Kepala Desa Silungkang Duo, Wandi mengungkapkan apresiasi dan terima kasih kepada peserta serta Walikota atas dipilihnya Desa Silungkang Duo sebagai tempat penelitian.
“Saat ini kincir untuk mengolah kopi tersebut memang tidak lagi beroperasi karena pondasi dan kayunya yang sudah rusak,” ungkap Wandi, Senin (21/07).
Iya berharap dengan adanya penelitian itu hendaknya dapat merevitalisasi kincir tersebut. Terlebih saat ini di Sumatera Barat hanya Silungkang Duo yang menerapkan metode tradisional pengolahan kopi menggunakan kincir air.
Sementara Walikota Riyanda menyampaikan apresiasi tinggi atas dedikasi para peserta serta panitia yang telah berperan penting dalam penguatan dokumentasi ilmiah terhadap teknologi lokal.
“Program ini bukan sekadar kegiatan penelitian, tetapi juga upaya untuk melestarikan warisan budaya dan teknologi masyarakat. Dokumentasi ilmiah ini akan menjadi referensi berharga untuk generasi mendatang,” ujar Walikota.
Wali Kota juga menegaskan bahwa Pemerintah Kota Sawahlunto membuka diri untuk berkolaborasi dengan peserta maupun institusi asal mereka, guna mengintegrasikan hasil dokumentasi ke dalam strategi pelestarian dan revitalisasi teknologi tradisional serta pengembangan wisata berbasis warisan budaya. (*)














