Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Jufri, mengungkapkan antusiasmenya mengikuti kegiatan ini. Ia merasa pelatihan membuka wawasan baru tentang pentingnya membangun hubungan emosional yang sehat antara guru dan murid.
“Selama ini kami terlalu fokus pada capaian akademik. Padahal anak-anak juga membawa beban emosional ke dalam kelas. Lewat pelatihan ini, kami belajar menjadi guru yang juga pendengar, pembimbing, dan pemberi rasa aman,” ujarnya.
Materi pelatihan mencakup dasar-dasar mindful teaching, teknik regulasi emosi di kelas hingga penerapan pembelajaran sosial-emosional dalam konteks Kurikulum Merdeka. Pendekatan kolaboratif antara akademisi dan praktisi menciptakan suasana pelatihan yang reflektif dan transformatif.
Dengan pelatihan ini, UNP berharap para guru mampu menerapkan praktik pengajaran yang lebih sadar, empatik, dan bermakna, guna menciptakan proses belajar yang tidak hanya mendalam tetapi juga menyentuh kehidupan emosional siswa. (*)














