Ia juga mengingatkan agar mahasiswa tidak mudah terjebak dalam polarisasi semu antara “yang bertahan” dan “yang mundur”. Menurutnya, keduanya pernah duduk di meja yang sama dan menikmati kekuasaan simbolik sebagai wakil mahasiswa.
Ardy menutup pernyataannya dengan ajakan kepada mahasiswa di seluruh Indonesia untuk berpikir jernih dan tidak larut dalam konflik elite organisasi mahasiswa.
“Ini bukan lagi soal perjuangan mahasiswa untuk rakyat, ini soal siapa yang ingin lebih berkuasa. Saatnya kita keluar dari pusaran itu,” tuturnya. (*)














