Dalam sebarannya, Sekolah Rakyat tingkat menengah pertama ini memiliki 150 siswa yang seluruhnya wajib diasramakan. Semua siswanya merata dari 11 kecamatan se-Kota Padang yang juga disesuaikan berdasar Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Latar belakang siswa diambil dari anak-anak yang putus sekolah, tidak sempat melanjutkan, dan bahkan terindikasi putus sekolah.
“Jadi usianya tidak normal. Yang tertinggi itu usianya 16 tahun dan rata-rata selebihnya bisa dikatakan normal. Di sini semuanya kelas I yang dibagi menjadi enam kelas. Setiap kelas diisi 25 siswa,” ujarnya.
BBPPKS dalam hal ini hadir sebagai penyedia dan memfasilitasi secara fasilitas, sarana dan prasarana pada pelaksanaan Sekolah Rakyat ini. Sekarang ini sudah terisi 11 guru, petugas masak, wali asrama, CS, keamanan dan tenaga pendukung lainnya.
“Semuanya gratis. Makan diberi tiga kali sehari, ditambah snack, buah dan susu. Pakaian dan alat tulisnya juga, tapi seragam sedang menyusul karena itu dari pusat. Begitu juga untuk sarana dan prasarana yang semua pendanaan ini dari pusat seluruhnya. Kami BBPPKS memfasilitasi saja dan mengawasinya. Kini perancangan model pembelajaran dan hal-hal pokok lainnya masih sedang disiapkan sebaik-baiknya,” katanya.
Nuryadi sangat mengharapkan, realisasi dari Sekolah Rakyat ini benar-benar menjadi role model, di mana kekuatan karakter yang didapati nantinya benar-benar membuka lebar jalan mereka untuk mencapai cita-citanya, serta mata rantai kemiskinan terputus dari semangat mereka yang sedang menjalaninya sekarang ini. (*)














