Di sisi lain, Novrial menyebutkan bahwa ekspor komoditas perkebunan terbesar Sumbar masih didominasi oleh produk turunan kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), diikuti oleh olahan karet. Nilai ekspor keduanya jauh melampaui gambir, meski komoditas ini tak dimiliki semua daerah.
Lebih lanjut, Novrial mengungkapkan bahwa neraca perdagangan ekspor Sumbar pada triwulan kedua tahun 2025 mengalami penurunan sekitar 16 persen. Hal ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal sebesar 19 persen yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap produk asal Indonesia.
“Kondisi ini membuat pelaku ekspor impor di banyak negara menunggu langkah lanjutan dari Amerika. Akibatnya, terjadi tren wait and see yang berdampak pada penurunan volume ekspor, termasuk di Sumbar,” tuturnya. (*)














