Meski begitu, Fuaddi tetap menekankan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga kelestarian Danau Singkarak. Ia menyebut, semua pihak harus berkolaborasi, tidak hanya mengandalkan pemerintah.
“Kalau masyarakat masih membuang sampah ke danau atau sungai, aturan sebaik apa pun akan sia-sia. Jadi, perlu sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat,” ucapnya.
Ikan bilih sebagai simbol ekosistem Danau Singkarak kini tak hanya bergelut dengan eksploitasi, tapi juga harus bertahan dalam ekosistem yang kian tercemar. Jika tidak ada langkah nyata dan kolaboratif, bukan tak mungkin bilih hanya akan menjadi kenangan dalam sejarah ekologi Sumbar. (*)














