PADANG, HARIANHALUAN.ID — Terinspirasi dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) meluncurkan program inovatif bertajuk Galeh Babelok. Program ini menawarkan pendekatan baru dalam memperluas pangsa pasar melalui tiga sektor unggulan: perdagangan, investasi dan pariwisata. Perantau Minang dijadikan ujung tombak dalam memperkenalkan dan memasarkan potensi Sumbar ke luar daerah.
Pelaksana Tugas (Plt) Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Sumbar, Novrial, menjelaskan bahwa Galeh Babelok merupakan hasil kolaborasi tiga Organisasi Perangkat Daerah (OPD), yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Pariwisata (Dispar), serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar.
“Program ini menyatukan misi dari tiga OPD ke dalam satu gerakan terpadu. Disperindag dengan misinya di bidang perdagangan, Dispar dengan Travel Mart-nya, serta DPMPTSP lewat Forum Investasi. Ketiganya kita sinergikan dalam satu nama: Galeh Babelok,” ujar Novrial kepada Haluan, Selasa (5/8/2025).
Nama Galeh Babelok berasal dari tradisi lama masyarakat Minangkabau, yang memiliki sistem pasar berpindah antar nagari. Pedagang kala itu berdagang dari satu pasar ke pasar lain, tanpa pulang ke rumah selama berhari-hari. Pasar nagari buka pada hari-hari yang berbeda, seperti Pakan Akaik, Balai Jumat, dan sebagainya.
“Kalau dulu berdagang pakai padati, sekarang kita pakai strategi modern. Program ini kita laksanakan pertama kali di Pekanbaru pada 2 Juni lalu. Selanjutnya rencana ke Medan. Di sanalah kita ‘manggaleh’, memperkenalkan produk perdagangan, potensi investasi dan pariwisata kita,” kata Novrial yang juga menjabat Kepala Disperindag Sumbar.
Berbeda dari expo atau pameran, Galeh Babelok menitikberatkan pada kegiatan link and match antara pelaku usaha di Sumbar dan perantau yang menjadi calon pembeli atau sole agent.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan terdiri dari dua agenda utama, yakni business meeting dan display produk. Pelaku usaha dapat bernegosiasi langsung dengan calon mitra, sekaligus memamerkan produk maupun proses produksinya. Harapannya, pertemuan ini dapat berujung pada kontrak dagang jangka panjang.
“Tidak ada jual beli langsung. Target kita bukan penjualan sesaat, tapi kemitraan yang berkelanjutan,” ucap Novrial.
Dijalankan Mandiri, Didukung Perantau
Menariknya, program ini tidak menggunakan anggaran khusus dari APBD. Seluruh kegiatan difasilitasi oleh komunitas perantau di daerah tujuan, termasuk pembiayaan tempat dan fasilitas kegiatan. Begitu pula pelaku usaha yang berangkat dari Sumbar, menggunakan biaya pribadi.
“Kegiatan di Pekanbaru, misalnya, difasilitasi oleh saudagar Minang, Basrizal Koto (Basko), yang juga Ketua Ikatan Keluarga Minangkabau Riau (IKMR). Tidak ada biaya sewa khusus karena dilaksanakan di hotel milik IKM,” ucapnya.
Dalam gelaran di Pekanbaru, Disperindag membawa empat Industri Kecil Menengah (IKM): Bu Ning Ikaboga (Padang), Sulaman Eky Kreasi (Solok Selatan), Rendang Erika (Payakumbuh), dan Rumah Mukena Fanadiq (Lima Puluh Kota).
Selain itu, 10 UKM binaan Dinas Koperasi dan UKM turut serta, antara lain: Sus Tenun Lintau, Tek Da Sulaman, Sulaman Suji Caia Uni Er, Dzink Pizza Rendang, UniCi Songket Silungkang, Batik Loempo, Minang Sentral, Mojao.Art, Ikan Bilih Esi, serta Rumah Sulaman Nandia.
“Peserta yang dibawa adalah pelaku usaha mandiri. Mereka lolos seleksi karena sudah siap dengan pembiayaan sendiri. Dan Alhamdulillah, sudah ada yang berhasil menjalin kontrak dagang pasca kegiatan tersebut,” ujar Novrial.
Dengan pendekatan berbasis komunitas perantau dan semangat kemandirian pelaku usaha, program Galeh Babelok menjadi alternatif promosi dan penetrasi pasar yang berakar pada budaya lokal, sekaligus menjawab tantangan pemasaran produk Sumbar di era modern. (*)














