Menyiapkan Pemimpin Berkualitas: Tanggung Jawab Bersama
Pelajaran dari kepemimpinan Nabi harus kita terjemahkan dalam langkah nyata menyiapkan pemimpin masa depan. Nabi memang dijaga langsung oleh Allah dari sifat tercela, tetapi itu tidak berarti kepemimpinan hanya bisa lahir secara alami. Kepemimpinan bisa dan harus dipersiapkan dengan sengaja.
Persiapan itu harus dimulai sejak dini, bahkan dari rumah tangga. Orang tua memegang peran penting dalam menanamkan nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian. Anak-anak yang dibiasakan jujur sejak kecil akan tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas.
Sekolah juga memiliki peran besar. Melalui organisasi siswa seperti OSIS atau kegiatan kepemimpinan lainnya, sekolah bisa menjadi tempat awal untuk melatih keterampilan memimpin. Guru dan pembina perlu memberi perhatian khusus pada siswa yang memiliki bakat kepemimpinan agar mereka mendapat arahan yang benar.
Perguruan tinggi menjadi arena berikutnya. Di sinilah calon pemimpin muda mendapat kesempatan lebih besar untuk mengasah karakter melalui organisasi mahasiswa, kegiatan sosial, maupun penelitian. Universitas seharusnya tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga calon pemimpin bangsa yang berkarakter kuat.
Masyarakat dan organisasi sosial juga merupakan sekolah kepemimpinan yang sangat penting. Melalui pengalaman mengelola kegiatan sosial, bekerja dalam tim, dan melayani orang banyak, seseorang akan belajar arti kepemimpinan yang sesungguhnya.
Terakhir, partai politik sebagai pintu masuk formal ke arena kepemimpinan nasional memiliki tanggung jawab besar dalam melakukan kaderisasi. Sayangnya, banyak partai yang lebih fokus pada perebutan kekuasaan jangka pendek daripada membangun sistem kaderisasi yang sehat. Padahal, tanpa kaderisasi yang baik, sulit bagi kita untuk memiliki pemimpin berkualitas di tingkat nasional.










