BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID – Kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan dapat memberikan rasa aman bagi jutaan masyarakat Indonesia.
Salah seorang peserta JKN, Wati Gusmayeni (51), warga Kapeh Panji, Kabupaten Agam, mengatakan sejak keluarganya menjadi peserta JKN, ia tidak khawatir ketika dirinya ataupun keluarganya membutuhkan layanan kesehatan. Sebab, semua kebutuhan medis dapat tertangani dengan baik oleh Program JKN.
Wati merupakan peserta PBPU Kelas 2 yang terdaftar di Klinik Kayyasa Arifi yang merupakan salah satu faskes tingkat pertama mitra BPJS Kesehatan.
Ia sudah beberapa kali menggunakan manfaat JKN, baik untuk dirinya sendiri maupun orang tuanya. Salah satu pengalaman paling membekas adalah ketika ibunya harus mendapatkan penanganan darurat di Unit Gawat Darurat RSU Bunda BMC Padang.
“Waktu itu, kondisi ibu sangat lemah dan harus segera ditangani di UGD. Saya benar-benar bersyukur karena dengan Program JKN, pelayanan bisa langsung diberikan tanpa ada hambatan administrasi di Faskes tersebut. Semua berjalan cepat, saya tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dengan pasien umum,” ujar Wati di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Bukittinggi, Rabu (10/9/2025).
Selain pengalaman darurat tersebut, Wati juga rutin memanfaatkan JKN untuk kebutuhan kontrol kesehatan dirinya. Ia mengidap penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang tentunya membutuhkan kontrol oleh dokter secara berkala setiap bulannya. Untuk itu, ia sering melakukan kunjungan ke RS Mitra BPJS Kesehatan.
Menurutnya, pelayanan yang ia dapatkan selalu memuaskan, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, hingga pengambilan obat. “Ibu saya dulu malah lebih sering, bisa sampai dua kali dalam sebulan karena harus kontrol penyakit jantung dan penyakit dalam di RS Ibn Sina Yarsi Bukittinggi. Alhamdulillah semuanya dilayani dengan baik tanpa ada biaya tambahan sama sekali,” katanya.
Apalagi, tambahnya, di RS tersebut juga memiliki layanan antar obat ke rumah pasien yang sudah lanjut usia, tentu rasanya benar-benar lega. Selain itu, jika ditaksir ia tidak tahu berapa besar biaya yang harus dikeluarkan kalau tidak ada JKN.
Tidak hanya itu, Wati juga menilai bahwa perkembangan layanan BPJS Kesehatan semakin memudahkan peserta. Salah satunya dengan hadirnya Aplikasi Mobile JKN yang ia gunakan hampir setiap kali berobat. Melalui fitur antrean online, ia tidak perlu lagi datang lebih awal hanya untuk mengantri secara manual.
“Saat pengambilan antrean saya dibantu oleh anak yang kebetulan dia juga paham dengan aplikasi ini. Katanya sekarang tinggal buka aplikasi, pilih fasilitas kesehatan, dan ambil nomor antrean. Jadi saya rasa ini sungguh praktis dan menghemat waktu, karena sudah bisa diliat kapan estimasi mendapatkan pelayanan di faskes. Kemudian saya juga tidak pernah diminta fotokopi berkas atau dokumen macam-macam, cukup menunjukkan identitas diri saja. Semua lebih sederhana dibandingkan dulu,” katanya.
Meski baru saja melakukan penghentian kepesertaan bagi orang tuanya yang telah meninggal dunia, Wati tetap menyimpan rasa syukur mendalam atas keberadaan program ini. Bagi Wati, Program JKN bukan hanya sebatas layanan kesehatan, tetapi telah menjadi bentuk perlindungan nyata yang memberikan ketenangan bagi dirinya dan keluarga.
“Sampai detik terakhir, ibu saya masih peserta aktif BPJS Kesehatan dan menerima manfaatnya. Saya pribadi merasa sangat terbantu. Tanpa JKN, masyarakat seperti kami tidak tahu harus mengeluarkan biaya sebesar apa untuk berobat. Jadi saya sangat berterima kasih, karena program ini betul-betul meringankan beban. Saya berharap agar program ini makin banyak lagi membantu masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kesehatan, dan selalu menjadi program unggulan dari pemerintah,” tuturnya. (*)














