Dari tinjauan sistematis terkini memperkirakan sekitar 64 persen anak dengan disabilitas mengalami karies.
Ditingkat nasional ujarnya, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat 56,9 persen penduduk usia 23 tahun melaporkan masalah gigi dan mulut, meski indeks DMF-T secara umum membaik dibanding Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018.
“Karies gigi pada anak usia dini (3-5 tahun) masih tergolong tinggi. Sementara Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi karies nasional sebesar 88,8 persen sepanjang siklus hidup. Khusus di Sumbar, kajian berbasis Riskesdas 2018 menunjukkan sekitar 43,9 persen penduduk Sumbar mengalami karies gigi,” kata Gusti Haryati.
Dikatakannya, kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan ini tidak hanya sekadar pemeriksaan dan perawatan gigi gratis bagi ABK, tetapi juga memberikan edukasi penting bagi orang tua serta guru pendamping.
Diakuinya, anak dengan kebutuhan khusus berhak mendapat perhatian yang sama, termasuk dalam kesehatan gigi dan mulut. Melalui bakti sosial ini, pihaknya ingin memberikan dampak langsung bagi anak-anak dan keluarganya.
“Dalam baksos ini kami mengangkat tema terapis gigi dan mulut peduli ABK, tumbuh lebih kuat dan inovatif menuju Indonesia bebas karies 2030,” ucap Gusti.
Gubernur Sumbar diwakili Direktur RSAM Bukittinggi Busril mengatakan, ABK memiliki resiko lebih tinggi menderita penyakit gigi dan mulut. Hal ini terjadi karena minimnya edukasi terapis gigi dan mulut untuk mereka .














