Oleh: Nofrizon (Anggota DPRD Sumbar)
Kenapa setiap penceramah selalu mengatakan di awal dan di akhir tausiyahnya pesan itu untuk dirinya? Semua itu tak terlepas dari ketidaksempurnaanya sebagai Hamba Allah. Sang mubalig menyadari betul dirinya punya kekurangan dan kelemahan. Dia menyadari bahwa dirinya merupakan manusia biasa tidak seperti Nabi dan Rasul.
Kita sebagai umat juga mesti belajar banyak dari sikap dan etika para mubalig sebagai manusia kita tidaklah paripurna. Sebagai umat kita juga tidak luput dari salah dan khilaf. Untuk itu jangan pernah sekalipun kita menghakimi atau menjustifikasi seseorang dengan sebuah pemikiran.
Sebagai insan kita ditakdirkan memiliki banyak ketidaktahuan. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi esok dan tidak bisa pula memastikan apa yang terjadi di masa depan.
Semua takdir dan jalan kehidupan itu adalah rahasia ilahi. Sebagai insan, kita hanya bisa menjalani. Apapun hasil takdir itu adalah garisan nasib. Kita tak bisa menolak apalagi memberikan perlawanan. Satu-satunya jalan adalah ikhlas menerima takdir dan melakukan muhasabah diri.
Orang bijak berkata kehidupan selalu menghadirkan dua sisi. Ada baik ada buruk, ada punishment dan ada reward. Termasuk dalam menjatuhkan hukuman. Hidup kita di dunia ini adalah cuma jaraknya antara azandan ikamah kehidupan kita yang langgeng hanya ada di akhirat nanti.
Sejak kita berumur mulai baliq dan berakal malaikat Rakib dan Atid sudah mencatat semua pahala dan dosa-dosa yang akan kita pertanggungjawabkan di akhirat nanti.










