Mereka khawatir siswa merasa takut belajar di sekitar laboratorium, terutama saat hujan turun deras. Kekhawatiran itu bisa mengganggu konsentrasi belajar dan menurunkan semangat siswa dalam mengikuti praktikum.
Beberapa siswa bahkan menyatakan tidak berani mendekati laboratorium ketika cuaca buruk. “Takut kalau tiba-tiba tanah runtuh lagi,” ujar salah seorang siswa kelas XI IPA.
Wakil Humas SMAN 2 Lubuk Sikaping Sulastri, S.S juga telah memberitahukan kepada orang tua melalui komite sekolah bahwa mengingatkan adanya potensi hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Pasaman. Kondisi ini dikhawatirkan memperparah risiko longsor di area sekolah.
Kepala Labor SMAN 2 Lubuk Sikaping Zuraidah Koto, S.Pd menambahkan bahwa untuk mengantisipasi ancaman tersebut, pihak sekolah berharap adanya pembangunan bronjong atau dinding penahan tanah di sekitar area longsor. Langkah itu diyakini bisa menahan laju pergeseran tanah dan melindungi bangunan sekolah.
Ketua Komite SMAN 2 Lubuk Sikaping Syafrinal Dt Bandaro Basa turut menyuarakan keprihatinan. Menurut mereka, musibah ini menjadi pengingat pentingnya perencanaan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan.
“Sekolah adalah pusat pendidikan. Jika sampai rusak akibat longsor, kerugiannya tidak hanya bagi siswa, tetapi juga masa depan daerah. Pemerintah harus bertindak cepat sebelum terlambat,” ungkapnya
Saat ini pihak sekolah terus memantau kondisi tanah. Jika terlihat tanda-tanda pergerakan tanah lebih besar, aktivitas di Laboratorium IPA akan dihentikan sementara demi keselamatan.
Masyarakat dan pihak sekolah berharap pemerintah segera turun tangan. Penanganan cepat tidak hanya akan menyelamatkan aset pendidikan, tetapi juga mencegah potensi jatuhnya korban jiwa. (*)














