Strategi penanganan stunting di Pariaman mencakup berbagai aspek, mulai dari 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, pelayanan kesehatan bayi-balita, perbaikan sanitasi, hingga penguatan ketahanan pangan keluarga. “Kami juga memperkuat sistem monitoring dan manajemen kasus agar intervensi tepat sasaran,” tambahnya.
Sejumlah inovasi daerah turut menjadi pendorong, di antaranya Siap Nikah dan Hamil Segera Cegah Stunting (SINIMIL SANTIANG) yang menyasar calon pengantin, ibu hamil, menyusui, dan keluarga dengan balita. “Pendampingan ini mencakup kesehatan, administrasi kependudukan, hingga bantuan sosial,” papar Adi.
Ada pula program Sinergi Keroyok Kampung KB Lancarkan Penanganan Stunting atau SIKEKE LANGSING yang memanfaatkan basis data Kampung KB untuk mendampingi keluarga berisiko stunting. “Sepanjang 2024 sudah diverifikasi lebih dari 2.800 keluarga pasangan usia subur,” sebutnya.
Capaian lain, kata Adi, terlihat dari optimalisasi posyandu. “Persentase balita yang berhasil diukur mencapai 99,74 persen. Dengan angka ini, Kota Pariaman termasuk empat besar nasional dalam capaian pengukuran balita,” ungkapnya.
Komitmen Pemko Pariaman dalam membangun generasi sehat juga tercermin dari capaian layanan kesehatan.
“Seluruh puskesmas kita telah meraih akreditasi paripurna, bahkan Puskesmas Air Santok mendapat penghargaan Integrasi Layanan Primer dari Kemenkes,” tambahnya.
Dengan konsistensi menurunkan angka stunting dan inovasi yang terus dikembangkan, Pemko Pariaman menargetkan terwujudnya generasi sehat, cerdas, dan berkualitas.
“Kunci keberhasilan adalah sinergi, tidak hanya antarinstansi, tapi juga masyarakat sebagai aktor utama dalam mencegah stunting,” tutup Adi Junaidi. (*)














