Pendidikan sebagai cahaya. Sekolah dan perguruan tinggi harus menanamkan literasi digital dan pendidikan karakter dimana ditanamkan bahwa generasi muda perlu belajar media sosial hanyalah potongan realitas, bukan kebenaran utuh. Kemampuan berpikir kritis dan mengelola waktu adalah bekal agar mereka tak terjebak dalam pusaran FOMO.
Pribadi yang sederhana. Membatasi waktu di media sosial, melatih mindfulness, menulis jurnal syukur dan menetapkan tujuan hidup sesuai nilai pribadi adalah cara praktis yang dapat ditempuh siapa saja sehingga perilaku negatif FOMO bisa dikendalikan.
Menyadari Realitas Digital Ingat bahwa apa yang terlihat di media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan orang lain dan tidak ada kehidupan yang sempurna, meskipun tampak begitu sempurna di layar. Kesadaran ini dapat membantu mengurangi dorongan untuk terus membandingkan diri sehingga dapat mengurangi perilaku FOMO tersebut.
Membatasi Waktu di Media Sosial Mengatur waktu khusus untuk membuka media sosial dapat mengurangi kecanduan (addict). Beberapa orang memilih menerapkan “digital detox” selama beberapa jam atau bahkan sehari penuh untuk mengistirahatkan pikiran.hal ini kalau dilakukan secara terus menerus akan mengurangi perilaku FOMO tersebut.
Memperkuat Interaksi Nyata Hubungan tatap muka seringkali lebih bermakna daripada sekadar interaksi online. Kita harus banyak meluangkan waktu bersama keluarga dan teman secara langsung yang akhirnya dapat menumbuhkan rasa puas dan mengurangi ketergantungan pada validasi digital dan akhirnya bisa mengurangi perilaku FOMO tersebut. (*)










