Oleh: Ermi Rosmita, M.Pd. (Dosen ISI Padang Panjang)
Saat ini kita lihat maraknya penggunaan bahasa gaul di media sosial. Penggunaan bahasa gaul tersebut biasanya didominasi oleh para remaja. Sebagaimana yang diketahui, remaja merupakan salah satu unsur dari masyarakat yang tentunya juga menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Bahasa yang digunakan oleh remaja ini seringkali beragam. Biasanya bahasa yang mereka gunakan itu merupakan bahasa yang sudah biasa dipakai sehari-hari kemudian dicampur dengan bahasa daerah maupun bahasa asing dan terkadang percampuran yang dilakukan itu tanpa didasari dengan suatu pemahaman dan cenderung bersifat spontan dan terkesan asal-asalan.
Oleh karena itu, dari sejumlah bahasa yang mereka gunakan tersebut, terkadang ada sejumlah kosakata yang dapat dipahami dan tidak dapat dipahami oleh lawan bicaranya, terlebih oleh lawan bicara yang berasal dari generasi yang berbeda.
Generasi Z atau biasanya dikenal dengan Gen Z merupakan generasi yang lahir antara 1997 hingga 2021. Gen Z seringkali dikenal dengan generasi yang tumbuh besar dengan internet, dekat dengan media sosial dan teknologi sejak mereka kecil. Oleh karena mereka dekat dengan media sosial, terkadang mereka dapat dengan cepat menyerap bahasa gaul atau disebut juga bahasa prokem yang berseliweran di media sosial.
Bahasa gaul/prokem pada awal kemunculannya merupakan bahasa sandi/khusus yang digunakan oleh kelompok tertentu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu bahasa ini malah marak berkembang di kalangan remaja. Bahkan, bahasa prokem ini juga tidak jarang digunakan oleh orang berpendidikan, baik dalam situasi yang formal maupun situasi yang tidak formal.
Bahasa prokem remaja sebagai variasi bahasa mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan tutur bahasa yang lain. Karakteristik bahasa prokem remaja tampak pada pilihan kosakata, ungkapan, pola, dan strukturnya. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan di lapangan, ada banyak contoh bentuk bahasa prokem/gaul.










