Reformasi sejatinya membutuhkan keberanian untuk memangkas lembaga yang tidak efisien, bukan menambahnya. Tanpa keberanian, setiap upaya perubahan hanya akan berputar di tempat, memperindah struktur, tetapi memperburuk kinerja. Jika arah kebijakan BUMN tetap dibiarkan kabur antara pengatur dan pengelola, bukan tidak mungkin BP BUMN akan menjadi simbol baru dari ironi reformasi di negeri ini, semangat besar yang berakhir di simpul birokrasi. (*)










