PESISIR SELATAN, HARIANHALUAN.ID- — Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan arus globalisasi, posisi santri kini menghadapi tantangan baru. Pergeseran nilai-nilai sosial, disinformasi digital, hingga menurunnya kesadaran moral di kalangan generasi muda menjadi persoalan serius yang membutuhkan peran santri sebagai penjaga moral bangsa.
Tahun ini, Kementerian Agama RI mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia” dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 04 Tahun 2025. Tema tersebut menegaskan pentingnya kontribusi santri dalam menjaga kemerdekaan intelektual dan spiritual bangsa, sekaligus menyiapkan diri menghadapi persaingan global.
Menanggapi momentum ini, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pesisir Selatan dari Fraksi NasDem, Dani Sopian, menilai Hari Santri harus menjadi ajang refleksi, bukan sekadar seremoni. Menurutnya, santri memegang peran vital dalam memperkuat karakter dan moral masyarakat di tengah tantangan zaman.
“Hari Santri bukan hanya ajang seremonial, tetapi momentum untuk meneguhkan kembali peran santri sebagai penjaga moral, pelopor pendidikan, dan agen perubahan di tengah masyarakat,” ujar Dani Sopian di Painan, Rabu (22/10).
Dani menyoroti bahwa problem utama generasi muda saat ini bukan hanya kurangnya ilmu pengetahuan, tetapi juga krisis karakter. Dalam hal ini, santri dituntut untuk tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga adaptif terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
“Santri harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Jangan hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga harus mampu bersaing di bidang sains, ekonomi, dan sosial. Dunia menunggu kontribusi nyata dari para santri,” tambahnya.
Ia menegaskan, pondok pesantren di Pesisir Selatan memiliki peran penting dalam membentuk generasi berakhlak dan berdaya saing. Namun, tantangan seperti keterbatasan fasilitas, akses teknologi, dan dukungan pemerintah masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani bersama.
“Pemerintah daerah dan DPRD berkomitmen mendukung penguatan pesantren, baik melalui regulasi, program pemberdayaan, maupun peningkatan sarana dan prasarana. Santri adalah aset bangsa yang harus kita dukung bersama,” katanya.
Lebih lanjut, Dani mengajak para santri untuk meneladani semangat jihad para ulama terdahulu yang berjuang dengan ilmu dan ketulusan. Di era modern ini, semangat jihad itu perlu dimaknai sebagai perjuangan melawan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. “Hari ini, jihad santri adalah melawan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan dengan ilmu dan karya,” tegasnya.
Ia berharap, peringatan Hari Santri menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pesantren, dan masyarakat. Dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kepedulian sosial, Dani optimistis Pesisir Selatan dapat tumbuh sebagai daerah religius yang berdaya dan sejahtera — di mana santri berdiri di garda terdepan membangun peradaban bangsa. (*)














