PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, melemparkan kritik tajam terhadap maraknya wacana wakaf dan instrumen keuangan syariah yang hanya berhenti pada tataran diskusi, seminar, dan teori belaka. Pesan itu ia sampaikan dalam pembukaan Konferensi Wakaf Internasional 2025 di Hotel Truntum, Kota Padang, Sabtu (15/11).
Dalam pernyataannya, KH Hasan menegaskan bahwa kebangkitan ekonomi umat tidak akan pernah terjadi jika gagasan besar tentang wakaf, infak, dan sedekah hanya menjadi bahan kajian dan pidato tanpa realisasi konkret di masyarakat.
“Ide dan gagasan tentang wakaf jangan dibiarkan mengendap di rak buku perpustakaan. Jangan hanya disuarakan di podium dan mimbar. Itu harus diterapkan di rumah, di lapangan, di kantor-kantor,” katanya tegas.
Menurutnya, wakaf bukan sekadar instrumen finansial syariah, melainkan sistem peradaban yang diwariskan Allah untuk menjadi jalan kebaikan, keberlanjutan, dan kemaslahatan umat. Karena itu, ia menilai sangat penting untuk menggerakkan wakaf dalam praktik nyata, bukan hanya dalam narasi akademik.
KH Hasan juga menyoroti kondisi moral dan intelektual masyarakat Indonesia saat ini, yang menurutnya telah menjauh dari ilmu dan akhlak warisan para nabi.
“Hari ini Indonesia kehilangan ilmu dan akhlak yang diwariskan para Anbiya. Pesantren harus paling depan bertanggung jawab dan menjadi teladan yang dipercaya,”ucapnya.
Ia menegaskan bahwa pesantren memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keilmuan, membentuk akhlak, serta menunjukkan praktik wakaf yang benar dan terpercaya.
Salah satu masalah terbesar dalam pengelolaan wakaf, menurut KH Hasan, adalah hilangnya kepercayaan publik. Ia menyebut, tanpa kepercayaan, maka keberkahan tidak akan turun, dan akibatnya masyarakat tidak lagi memiliki kepatuhan moral.
“Jika tidak ada kepercayaan, maka tidak ada barokah. Akhirnya tidak ada ketaatan. Orang-orang jadinya berlomba-lomba untuk curang. Inilah yang terjadi hari ini,” bebernya.
KH Hasan menegaskan bahwa revitalisasi wakaf dan ekonomi umat harus dimulai dari pemulihan integritas, keteladanan, dan kesungguhan dalam menjalankan amanah.
Dengan suara lantang, ia meminta agar seluruh konsep keuangan syariah, wakaf, infak, sedekah, dan lainnyatidak hanya berhenti sebagai wacana motivatif. Eksekusi di lapangan menjadi hal yang mutlak.
“Saya tidak rela semua teori tentang kebangkitan ekonomi umat hanya jadi wacana kosong di atas kertas. Harus ada eksekusi nyata, bukan sekadar wacana,”tegasnya. (*)














