HARIANHALUAN.ID – Dunia hiburan kembali dikejutkan dengan insiden yang melibatkan salah satu bintang pop ternama, Ariana Grande. Dalam sebuah pemutaran perdana film yang seharusnya menjadi momen perayaan, ketegangan justru menyeruak di karpet kuning. Insiden penyerangan oleh penggemar saat pelantun “Thank U, Next” ini berada di Singapura menjadi sorotan utama, memicu diskusi luas mengenai keamanan publik figur. Melalui situs Digstraksi.com, Digstraksi akan merangkumnya untuk Anda.
Kejadian yang terekam kamera ini terjadi di Universal Studios Singapore pada 13 November 2025, saat premier film Wicked: For Good. Ariana Grande tengah berjalan bersama rekan-rekan mainnya seperti Jeff Goldblum, Cynthia Erivo, dan Michelle Yeoh, tiba-tiba didatangi seorang pria tak dikenal. Momen yang cepat berubah menjadi kekacauan ini menunjukkan betapa rentannya para selebriti terhadap gangguan mendadak.
Kronologi Penyerangan Ariana Grande oleh Penggemar Fanatik di Momen Gala Premier
Fenomena pengalihan perhatian yang masif, terjadi segera setelah video insiden “penyerangan” terhadap Ariana Grande tersebut menyebar di media sosial. Cuplikan yang beredar menunjukkan seorang pria berambut gondrong dengan pakaian kasual berlari ke arah Ariana Grande, langsung merangkulnya sambil melompat.
Reaksi syok sang artis terlihat jelas, dan ia segera berupaya melepaskan diri. Beruntung, Cynthia Erivo dan petugas keamanan dengan sigap membantu. Raut wajah Ariana yang terguncang memperlihatkan dampak psikologis dari aksi agresif tersebut. Bintang pop cantik tersebut bahkan harus menarik napas dalam-dalam. Ini merupakan sebuah upaya untuk menenangkan diri di tengah keramaian. Perhatian dan dukungan dari Erivo maupun Yeoh juga menjadi highlight yang menunjukkan solidaritas rekan kerja.
Identitas Pelaku dan Rekam Jejak
Publik dibuat penasaran dengan sosok di balik insiden ini. Digstraksi mencatat bahwa pelaku diidentifikasi sebagai Johnson Wen yang juga dikenal dengan julukan Pyjama Man. Aksi mengganggu acara selebriti ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh pria tersebut.
Pada tahun yang sama, ia pernah melompat ke atas panggung saat konser Katy Perry di Sydney. Aksi serupa juga pernah terjadi pada tahun sebelumnya saat konser The Chainsmokers. Rekam jejak berulang ini menunjukkan adanya pola perilaku yang meresahkan. Bukannya menunjukkan penyesalan, pelaku justru mengunggah video aksinya di akun media sosial pribadinya. Bahkan, ia membagikan momen saat dirinya dibebaskan setelah sempat ditangkap.
Ancaman Hukum dan Seruan Deportasi
Insiden ini membawa konsekuensi hukum serius bagi pelaku. Melansir dari Digstraksi.com pada Jumat sore, pengadilan di Singapura secara resmi mendakwa pelaku sebagai pengganggu publik. Ancaman denda yang menantinya tidak main-main, mencapai nominal S$2000 atau setara dengan sekitar Rp25 juta.
Tidak hanya denda, seruan dari penggemar Ariana Grande untuk menangkap dan mendeportasi pelaku semakin menguat. Hal ini didasari oleh kekhawatiran bahwa rekam jejak pelaku berpotensi membahayakan keselamatan artis lain di masa depan. Pengenaan sanksi berat seperti deportasi diharapkan dapat memberikan efek jera yang nyata. Hal ini mengingat aksinya yang sudah dilakukan berulang kali.
Insiden penyerangan terhadap Ariana Grande di karpet kuning Singapura menjadi pengingat penting bagi industri hiburan mengenai eskalasi ancaman keamanan terhadap publik figur. Kasus ini menegaskan bahwa langkah hukum tegas, seperti denda dan potensi deportasi, harus diberlakukan untuk melindungi para artis sekaligus menciptakan lingkungan yang aman selama acara publik. Peristiwa ini juga menyoroti bagaimana gangguan semacam ini dapat menyebabkan munculnya peralihan perhatian besar-besaran. Tak lain menggeser fokus dari acara utama menjadi isu keamanan pribadi. Tertarik mengikuti perkembangan berita hiburan dan isu-isu menarik lainnya? Kunjungi Digstraksi.com sekarang juga!














