Keluh kesah warga ini sudah berkali-kali disampaikan kepada pihak terkait. Namun “jatah” Normalisasi Batang Lembang tahun ini sepertinya lebih berfokus pada nagari tetangga. Pernah dulu ada warga yang membangun dinding penahan tebing sungai secara swadaya, namun kini ambruk dihantam derasnya air.
” Jika tak segera ditangani, dikhawatirkan, banjir tak hanya mengancam pemukiman warga di Subarang Aia. Jembatan yang menjadi penghubung utama jalan lintas Sumatera itu juga terancam ambruk, karena pondasinya sudah mulai tergerus air,” ucap H.Johni Dt Rajo Sulaiman salah seorang pemuka masyarakat setempat.
Curah hujan yang semakin tinggi, perubahan iklim yang tak berkejelasan, serta kondisi geografis Solok yang berbukit, menjadikan setiap potensi hujan deras sebagai sinyal bahaya. Bagi warga nagari Kotobaru, Normalisasi Batang Lembang jelas menjadi harapan besar. Proyek ini harus segera menyentuh pada titik yang paling krusial.
Bagi mereka, banjir bukan lagi kejadian luar biasa, ia telah menjadi syair kehilangan dan balada yang terus berulang. Elegi tentang rumah yang terendam, lahan yang rusak, dan kecemasan yang tak kunjung pergi setiap kali awan hitam menggantung di langit.
Namun di tengah ancaman itu, solidaritas masyarakat tetap menyala. Gotong royong, kepedulian antar warga, dan kehadiran pemerintah diharapkan menjadi penopang harapan bahwa setiap bencana dapat dilalui, asal semua pihak tetap siaga dan saling menjaga. (*)














