“Tabuik Lenong ini biasanya disewa untuk acara-acara penyambutan, dengan cara dihoyak bersama-sama untuk momen suka cita. Ada juga yang memesan untuk sekadar dipajang di sebuah acara atau kegiatan,” jelas Ade.
Menurut Ade, sudah banyak pelancong yang datang untuk membeli suvenir miliknya. Bahkan, wisatawan lokal yang ingin berpergian keluar negeri juga tak jarang memesan suvenir Tabuik untuk dipertunjukkan di negara lain seperti, Kenya, Prancis, Amerika hingga Jerman.
Namun, Ade menyebut suvenir Tabuik buatannya tidak selalu laris pada setiap momen. Biasanya, penjualan akan meningkat pada momentum Batabuik itu sendiri. Lalu pada awal tahun serta akhir tahun sebagai cenderamata untuk anak sekolah.
“Beberapa kali, dari dewan atau dari pemko juga tak jarang memesan suvenir Tabuik untuk cenderemata dalam kegiatan-kegiatannya. Namun, pada hari biasa bisa dibilang cukup jarang pembeli yang datang,” ungkapnya.
Kendati begitu, Ade tidak pernah surut dalam menekuni usaha suvenir miliknya. Ia juga pernah diundang beberapa kali untuk melatih pembuatan miniatur Tabuik. Menurutnya, ilmu dan keahlian yang dimiliki sebagai pembuat miniatur Tabuik harus ditularkan kepada orang lain terutama generasi muda. Sebab, kebudayaan yang menjadi ciri khas Kota Pariaman ini harus terus dilestarikan. “Saya tidak pernah pelit berbagi ilmu, siapa saja yang mau belajar akan dilatih sampai pandai. Terutama untuk generasi muda di Kota Pariaman, harus dikenalkan dan diajarkan agar budaya kita tetap lestari,” katanya. (*)














