Dari tanah yang ia gali dengan penuh kesabaran, lahirlah sebuah kolam pertama. Kolam itu sederhana, bahkan mungkin tampak biasa saja, tetapi menyimpan harapan yang tak pernah ia ucapkan keras-keras.
Nama Nakata sendiri diambil sebagai singkatan dari Nagari Kampung Tangah, sebagai penanda bahwa tempat ini tumbuh dari akar desa, dari kedekatannya dengan tanah kelahiran.
Awalnya ia hanya berniat membudidayakan ikan koi. Kegiatan itu menenangkan, sekaligus menjadi ruang bagi dirinya untuk memulihkan tenaga dan pikiran.
Namun ikan-ikan itu justru mengundang perhatian. Anak-anak datang melihat warna-warni koi, sementara orang dewasa hadir bertanya-tanya, bahkan meminta izin untuk mandi di kolam jernih itu.
Dari rasa ingin tahu itulah tempat ini perlahan berubah. Tanpa rencana besar, tanpa modal luar, kolam kecil itu menjadi tempat wisata warga sekitar.
Kini, Nakata Koi memiliki dua kolam pemandian anak-anak yang terbuat dari beton. Setiap akhir pekan, suara tawa pengunjung menjadi latar yang menghidupkan halaman tempat itu.














