“Sektor pertanian adalah kekuatan utama Pasaman. Sebanyak 46,18 persen PDRB berasal dari sektor pertanian, dan lebih dari 55 persen angkatan kerja bekerja di sektor ini,” ujar Bupati.
Ia menjelaskan, Pasaman memiliki potensi pertanian yang besar dengan luas lahan sawah mencapai 16.166 hektare. Wilayah ini menjadi salah satu lumbung pangan Sumatera Barat bahkan ikut menopang kebutuhan beras ke Riau dan Sumatera Utara. Rata-rata produksi padi dua tahun terakhir berada di atas 130 ribu ton GKG dengan produktivitas 4,4 ton per hektare, bahkan di beberapa lokasi mencapai 9 ton per hektare.
Namun, tingginya potensi tersebut belum berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan petani. Petani masih menghadapi tingginya biaya produksi, sarana pengairan yang belum optimal, keterbatasan modal, serta akses pasar yang belum berpihak pada mereka.
Untuk menjawab persoalan tersebut, pemerintah menghadirkan Layanan Bajak Gratis sebagai solusi untuk menekan biaya pengolahan lahan yang selama ini mencapai 30–35 persen dari total biaya produksi.
“Program ini hadir untuk membantu petani yang sering menunda jadwal tanam karena keterbatasan alat dan biaya. Dengan percepatan jadwal tanam, indeks pertanaman tentu akan meningkat,” kata Bupati.
Pelaksanaan program dilakukan berbasis gerakan bersama melalui potensi nagari dan kecamatan dengan memaksimalkan alsintan yang telah tersedia di wilayah masing-masing.
Pada tahap awal, layanan diberikan kepada petani yang telah mengusulkan RDKK pupuk bersubsidi serta masuk kategori DTSEN. Ke depan, program akan diperluas melalui penguatan Brigade Alsintan di bawah Dinas Pertanian Pasaman.














