PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman meningkatkan respons kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang diprediksi akan berlangsung selama sepekan ke depan. Tidak hanya menyiagakan Posko Tanggap Darurat di Balai Kota, Pemko Pariaman juga bergerak cepat membantu warga yang telah terdampak banjir di sejumlah titik rawan.
Peringatan dini dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Minangkabau yang menyebutkan potensi peningkatan cuaca ekstrem pada 21 hingga 27 November 2025. Kondisi ini dipicu penguatan Monsun Asia yang membawa suplai udara lembap dari Samudra Hindia dan bertemu dengan topografi Pegunungan Bukit Barisan, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebat.
Faktor meteorologi lain seperti fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) negatif serta aktivitas Gelombang Rossby Ekuatorial turut memperbesar peluang terbentuknya awan konvektif di wilayah pesisir barat Sumatera Barat, termasuk Kota Pariaman. Situasi ini meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, hingga petir.
Menindaklanjuti kondisi tersebut, Wali Kota Pariaman Yota Balad menyatakan bahwa pemerintah daerah telah mendirikan Posko Tanggap Darurat Bencana di Balaikota sebagai pusat koordinasi penanganan. Posko ini disiagakan untuk memastikan kesiapan personel, peralatan, dan jalur respons cepat jika terjadi bencana di tengah masyarakat.
“Kehadiran posko ini merupakan bentuk langkah antisipasi pemerintah untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat. Kami siap merespons cepat setiap laporan yang masuk,” ujar Yota Balad.
Di sisi lain, dampak cuaca ekstrem telah mulai dirasakan masyarakat dengan terjadinya banjir di Desa Rambai dan Desa Punggung Ladiang, Kecamatan Pariaman Selatan. Pemerintah Kota Pariaman langsung turun ke lapangan menyalurkan bantuan sembako kepada warga terdampak.
Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi, bersama Sekda Afrizal Azhar, Asisten II Elfis Candra, PMI Kota Pariaman, serta jajaran OPD terkait melihat langsung kondisi permukiman yang terendam. Mereka juga menyalurkan bantuan berupa beras, telur, mie instan, sarden, dan air mineral untuk meringankan beban warga.
Mulyadi menjelaskan bahwa dua desa tersebut memang masuk wilayah rawan karena berada di sekitar Sungai Batang Mangor yang mudah meluap saat hujan deras berkepanjangan. “Debit air masih tinggi dan beberapa bagian tepian sungai tergerus, sehingga air meluap ke permukiman. Pemerintah akan terus memantau perkembangan di lapangan,” ungkapnya.
Dengan peringatan dini masih berlaku hingga akhir pekan, Pemko Pariaman mengimbau masyarakat tetap waspada serta melaporkan setiap kejadian bencana ke posko terdekat agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat. (*)














