JAKARTA, HARIANHALUAN.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghimpun kejadian bencana dan penanganan yang dilakukan oleh aparat setempat, periode Rabu (26/11) sampai Kamis (27/11) pukul 07.00 WIB. Pada periode ini, bencana hidrometeorologi basah mendominasi kejadian bencana di Indonesia.
Kejadian pertama banjir kembali melanda Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, setelah hujan berintensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut secara terus-menerus sejak Senin (24/11) 2025, sekitar pukul 04.35 WIB. Curah hujan yang berlangsung lama menyebabkan debit air meningkat signifikan, sehingga sejumlah kawasan pemukiman terendam banjir. Genangan air dilaporkan merata di empat kecamatan, mencakup total 43 gampong, dan menjadi bencana yang mengganggu aktivitas warga setempat.
Wilayah yang terdampak paling luas berada di Kecamatan Banda Sakti dengan sejumlah gampong seperti Tumpok Teungoh, Simpang Empat, Lhokseumawe, Pusong Baru, Kampung Jawa Baru, Banda Masem, Hagu Barat Laut, Hagu Selatan, Hagu Teungoh, Kampung Jawa Lama, Keude Aceh, Kuta Blang, Lancang Garam, Mon Geudong, Pusong Lama, Ujong Blang, Ulee Jalan, hingga Uteun Bayi turut terendam.
Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Blang Mangat yang mencakup wilayah Mesjid Punteut, Blang Punteut, Kumbang Punteut, Rayeuk Kareung, Asan Kareung, Mane Kareung, Blang Buloh, Blang Weu Baroh, Alue Lim, Baloi, Blang Cut, dan Blang Teue. Sementara itu, Kecamatan Muara Dua dan Muara Satu juga tidak luput dari dampak banjir, dengan sejumlah gampong seperti Panggoi, Paya Bili, Uteun Kot, Gampong, Blang Poroh, Mns Mee, Cot Girek, Paya Punteut, Mns Alue, Mns Mesjid, Padang, Cot Tring, Paloh Dayah, Ujong Pacu, dan Blang Pulo yang turut terendam air.
Hingga saat ini, sekitar 100 kepala keluarga mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Data tersebut masih dalam proses pendataan karena beberapa wilayah belum sepenuhnya terjangkau petugas. Kerugian materil akibat banjir pun belum dapat dipastikan secara menyeluruh mengingat kondisi air yang belum surut menghambat pendataan di lapangan.
Sebagai langkah tanggap darurat, BPBD Kota Lhokseumawe melakukan kaji cepat untuk mengidentifikasi kebutuhan mendesak dan dampak kerusakan. Koordinasi lintas sektor dengan instansi terkait telah dilakukan untuk mempercepat penanganan. Selain itu, posko siaga bencana didirikan di sejumlah titik strategis, lengkap dengan dapur umum yang menyediakan kebutuhan dasar bagi warga terdampak.
Penanganan banjir melibatkan berbagai unsur, antara lain BPBD Kota Lhokseumawe, Damkar, TNI, Polri, relawan ERPA, dan masyarakat setempat yang aktif membantu proses evakuasi serta penyaluran bantuan. Meski upaya penanganan terus dilakukan, laporan terkini banjir masih belum surut. Situasi ini mendorong seluruh pihak untuk tetap siaga dan memperkuat koordinasi hingga kondisi kembali normal.
Di wilayah Provinsi Aceh lainnya, kali ini melanda Kabupaten Aceh Barat. Kejadian tersebut dipicu oleh hujan berintensitas tinggi yang mengguyur kawasan setempat, sehingga menyebabkan peningkatan debit air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Woyla dan Meureubo. Debit air yang tidak mampu ditampung aliran sungai akhirnya meluap pada Rabu, (26/11), sekitar pukul 10.00 WIB, dan merendam permukiman warga di empat kecamatan dengan sebaran mencapai 16 gampong.
Wilayah terdampak tersebar di Kecamatan Sungai Mas yang meliputi Gampong Kajeng, Geudong, Lancong, Tungkop, Leubok Beutong, Gleng, Gunong Buloh, dan Gaseu. Selain itu, Kecamatan Arongan Lambalek juga turut terdampak, terutama di Gampong Teupin Peuraho. Kondisi serupa terjadi di Kecamatan Woyla Timur yang meliputi Gampong Seuradeuk, Pasi Ara, Rambong, dan Baro.
Sementara Kecamatan Pante Ceureumen dilaporkan terdampak di Gampong Canggai, Keutambang, serta Seumantok. Genangan air di beberapa wilayah tersebut mengganggu aktivitas warga, menutup sebagian akses jalan, dan menyulitkan mobilitas kendaraan.
Dampak banjir ini dirasakan oleh sedikitnya 183 kepala keluarga yang tercatat sebagai terdampak langsung, dan sekitar 33 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke wilayah yang lebih aman. Selain merendam permukiman, banjir juga mengakibatkan kerusakan material, di antaranya 183 unit rumah yang terendam, satu unit kantor camat yang terdampak, serta sedikitnya dua akses jalan yang tidak dapat berfungsi normal. Upaya pendataan masih terus dilakukan karena beberapa lokasi belum dapat dijangkau secara optimal.
Sebagai langkah penanganan awal, BPBD Kabupaten Aceh Barat segera menjalin koordinasi dengan instansi terkait serta pihak kecamatan dan desa untuk mempercepat proses pendataan, pemantauan, dan penanganan. Tim BPBD juga dikerahkan ke Kecamatan Sungai Mas menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi warga yang masih terisolasi banjir. Selain itu, dapur umum didirikan bersama masyarakat di Gampong Geudong dan Gampong Tungkop untuk memenuhi kebutuhan logistik para pengungsi dan warga terdampak.
Penanganan bencana ini berlangsung dalam kerangka status siaga bencana hidrometeorologi yang telah ditetapkan melalui Keputusan Bupati Aceh Barat Nomor 98 Tahun 2025. Status tersebut berlaku selama 120 hari mulai 12 September hingga 31 Desember 2025, sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yang meningkat akibat cuaca ekstrem. Sejumlah pihak terlibat dalam penanganan, termasuk BPBD Kabupaten Aceh Barat, TNI, Polri, UKM PK UTU, serta masyarakat yang turut membantu evakuasi dan pendistribusian bantuan.
Laporan terkini, DAS Krueng Woyla dan Meureubo masih mengalami peningkatan debit air. Akses dari Gampong Seumantok menuju kecamatan terputus, sementara jalur menuju Pasi Ara masih terendam banjir. Beberapa warga telah mengungsi ke Gampong Kubu Capang. Ketinggian air di Kecamatan Sungai Mas rata-rata mencapai sekitar 130 cm, meskipun variasi ketinggian terjadi antar gampong. Sementara kawasan sekitar Kecamatan Woyla Timur mencatat ketinggian air mendekati satu meter.
Selain kejadian baru, berikut perkembangan kejadian bencana di wilayah Provinsi Aceh meliput Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Singkil, dan Kabupaten Bireuen
Wilayah Kabupaten Aceh Utara hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda surut. Kondisi di lapangan masih sangat terbatas, ditandai dengan terputusnya jaringan komunikasi, padamnya aliran listrik PLN, serta lumpuhnya layanan kantor pemerintahan. Situasi ini berdampak pada lambatnya proses pendataan dan penanganan darurat.
Peristiwa banjir dipicu oleh hujan berintensitas sedang hingga lebat sejak 20 November 2025, menyusul hujan yang mulai turun merata pada (19/11). Curah hujan yang berlangsung selama 3–10 jam menyebabkan peningkatan volume air permukaan. Kondisi tersebut diperburuk oleh sistem drainase yang tersumbat, kapasitas saluran yang tidak memadai, serta limpasan air dari kawasan perbukitan, sehingga menggenangi permukiman penduduk, fasilitas umum, tambak, lahan pertanian, dan akses jalan.
Banjir tercatat berdampak pada 17 kecamatan dengan total 130 gampong. Wilayah terdampak mencakup antara lain Kecamatan Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Baktya, Muara Batu, Langkahan, Syamtalira Aron, Samudera, Baktya Barat, Lapang, Dewantara, Matangkuli, Banda Baro, Lhoksukon, Pirak Timu, Sawang, dan Nibong.
Jumlah warga terdampak mencapai 2.668 kepala keluarga atau 4.441 jiwa, sementara 1.270 kepala keluarga atau 3.507 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kerusakan materiil meliputi 2.668 unit rumah terdampak, terdiri atas tiga unit rusak berat, 17 unit rusak sedang, dan enam unit rusak ringan yang masih dalam pendataan. Selain itu, banjir turut mengakibatkan abrasi pada satu ruas jalan utama, merendam sekitar 420 hektare lahan sawah, serta menenggelamkan 571 unit tambak di 15 gampong wilayah Kecamatan Seunuddon.
Upaya penanganan darurat dilakukan melalui siaga Pusdalops-PB BPBD Kabupaten Aceh Utara yang telah aktif di pos-pos masing-masing. Penanganan ini berlangsung dalam kerangka Status Siaga Darurat yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati Aceh Utara Nomor 360/845/2025, berlaku mulai 23 November 2025 hingga 15 Januari 2026. Sejumlah kebutuhan mendesak masih diperlukan, antara lain alat berat untuk normalisasi aliran air, makanan pokok, serta bantuan logistik.
Perkembangan di Kabupaten Aceh Timur kembali terjadi banjir setelah sebelumnya mulai surut. Kondisi ini dipicu oleh hujan deras yang berlangsung sejak (20/11), disertai angin kencang yang membuat beberapa sungai di wilayah tersebut meluap. Genangan air dengan ketinggian antara 10 hingga 40 sentimeter kini merendam pemukiman penduduk, sarana umum, serta infrastruktur dasar, sehingga menghambat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Dampak banjir tersebar luas hingga meliputi 17 kecamatan dengan total 124 gampong terdampak. Wilayah yang paling parah mencakup Kecamatan Simpang Ulim, Nurussalam, Madat, Julok, Pante Bidari, Indra Makmur, Ranto Peureulak, Birem Bayeun, Sungai Raya, serta sejumlah kecamatan lainnya. Pendataan menunjukkan 7.972 kepala keluarga atau 29.706 jiwa terkena dampak, dengan rincian sebaran korban yang sangat rinci di tiap gampong. Banyak di antara warga tersebut terpaksa meninggalkan rumah dan bertahan sementara di masjid, meunasah, serta rumah keluarga maupun tetangga, dengan jumlah pengungsi mencapai 920 KK atau 2.456 jiwa.
Selain korban terdampak, kerusakan materil juga cukup signifikan. Sedikitnya 7.972 unit rumah dilaporkan terendam banjir dan masih dalam proses verifikasi. Sementara itu, dua unit rumah mengalami rusak berat, satu unit rusak sedang, dua fasilitas ibadah dan tiga fasilitas pendidikan terdampak, termasuk ambruknya lining depan masjid. Infrastruktur jalan pun tidak luput dari kerusakan, dengan dua akses utama terputus dan satu jembatan mengalami kerusakan, disertai terdampaknya lahan persawahan serta satu kedai yang mengalami rusak berat.
Beralih ke Kabupaten Aceh Singkil, perkembangan terkini menunjukkan bahwa banjir belum surut. Kondisi ini merupakan dampak lanjutan dari hujan intensitas tinggi yang terjadi sejak (19/11), menyebabkan Sungai Lae Cinendang meluap dan menggenangi permukiman di tujuh kecamatan. Air yang terus bertambah membuat beberapa wilayah kini memasuki kategori kritis, terutama di desa-desa dengan kontur rendah yang menjadi jalur aliran banjir.
Jumlah warga terdampak terus bertambah seiring perluasan area banjir. Hingga laporan ini diterbitkan, sebanyak 6.579 KK atau 25.827 jiwa tercatat terdampak, dan 684 KK di antaranya telah mengungsi. Mayoritas pengungsi memilih tinggal sementara di rumah kerabat maupun fasilitas umum, mengingat kondisi rumah mereka yang terendam tidak memungkinkan untuk ditempati. Kecamatan Singkil merupakan wilayah dengan dampak terbesar, sementara beberapa desa lainnya masih dalam proses pendataan.
Kerugian materil 6.000 unit rumah terendam, disertai kerusakan pada sejumlah fasilitas pendidikan, ibadah, kesehatan, serta jaringan jalan. Sebagian akses transportasi terputus, termasuk jalur penghubung antardesa dan jalan nasional di Kecamatan Singkil Utara serta Danau Paris. Beberapa titik longsor telah berhasil dibersihkan, namun masih terdapat lokasi yang belum mendapatkan penanganan.
BPBD Kabupaten Aceh Singkil terus memperkuat respons darurat dengan menurunkan tim ke lapangan, melakukan asesmen lanjutan, dan menyediakan sarana evakuasi, termasuk perahu untuk menjangkau wilayah yang terendam lebih dalam. Penanganan ini dilaksanakan sesuai status siaga bencana hidrometeorologi yang ditetapkan pemerintah daerah dan masih berlaku hingga akhir Desember 2025.
Kondisi terkini, banjir di Kabupaten Bireuen belum surut. Air masih menggenangi beberapa permukiman. Jalan Desa Ara Lipeh menuju Dusun Alue Seumayam dan akses ke perkebunan warga sepanjang kurang lebih delapan meter belum mendapatkan perbaikan sehingga belum dapat dilalui dengan normal. Di Desa Lhok Mambang, sejumlah warga yang rumahnya terendam masih bertahan di meunasah sebagai tempat perlindungan sementara, menunggu kondisi air menurun. Situasi lapangan masih dinamis dan pemantauan terus dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan lebih lanjut
Peristiwa ini terjadi pada Minggu, (23/11), sekitar pukul 02.00 WIB, ketika hujan deras mengguyur Kecamatan Makmur. Curah hujan tinggi tersebut menyebabkan luapan air yang kemudian menggenangi sejumlah wilayah, terutama di area pemukiman warga.
Banjir kali ini berdampak pada tiga kecamatan dan empat gampong, yakni Kecamatan Makmur yang meliputi Gampong Ulee Glee, Leube Me, dan Ara Lipeh, serta Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Gandapura, dengan Gampong Lhoak Mambang menjadi salah satu lokasi yang mengalami dampak cukup signifikan. Berdasarkan data yang dihimpun sebanyak 956 kepala keluarga atau 2.272 jiwa terdampak, sementara 40 KK atau 100 jiwa lainnya terancam terisolasi karena akses yang mulai tertutup air.
Meskipun skala genangan tidak setinggi banjir besar lainnya di Aceh, kerugian materil tetap menjadi perhatian. Sebanyak 12 unit rumah tergenang dan 20 unit rumah terancam terisolir, dengan tinggi muka air (TMA) berkisar 20–30 sentimeter. Kondisi ini mengganggu aktivitas warga dan memperlambat mobilitas, terutama pada jalur desa yang terendam air.
Banjir dan longsor di Wilayah Sumatera Utara
Banjir bandang melanda Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Peristiwa tersebut dipicu oleh curah hujan yang tinggi disertai angin kencang, sehingga aliran air meluap dan menghanyutkan material dalam volume besar. Musibah ini melanda wilayah Kecamatan Pakkat, tepatnya di Desa Panggugunan, pada Selasa, (25/11) sekitar pukul 18.00 WIB. Arus banjir bandang yang datang secara tiba-tiba membuat warga tidak sempat menyelamatkan diri maupun harta benda mereka, sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fasilitas pemukiman.
Berdasarkan laporan yang dihimpun BNPB, sebanyak lima orang ditemukan meninggal dunia akibat terseret aliran banjir. Selain itu, empat orang masih dinyatakan hilang dan dalam proses pencarian. Tujuh orang mengalami luka berat dan dua lainnya mengalami luka ringan. Kejadian ini menyisakan kepanikan di kalangan warga, mengingat peristiwa tersebut berlangsung cepat dan melibatkan volume air serta material yang cukup besar.
Kerugian materiel yang ditimbulkan juga cukup signifikan. Sebanyak enam unit rumah mengalami rusak berat, satu unit fasilitas ibadah rusak ringan, dan satu akses jalan utama tertutup material longsoran sehingga menghambat mobilitas warga. Selain itu, lahan pertanian turut terdampak dan masih dalam pendataan untuk memastikan luas area yang rusak. Dampak ini memperlihatkan betapa derasnya arus banjir yang menyeret berbagai material hingga menjangkau kawasan pemukiman.
Sebagai respon cepat, BPBD Kabupaten Humbang Hasundutan bersama TNI, Polri, dan masyarakat melakukan evakuasi korban dengan dukungan alat berat berupa excavator guna membersihkan material yang menutup akses dan mencari korban yang belum ditemukan. Upaya lanjutan juga dilakukan dengan mendirikan dapur umum dan menyediakan tempat pengungsian sementara yang memanfaatkan rumah warga. Langkah ini dilakukan agar kebutuhan logistik para penyintas dapat terpenuhi sembari menunggu pemulihan kondisi.
Hingga kini, korban dengan luka berat tengah dirawat intensif di RSUD Doloksanggul. Tim gabungan masih berjibaku di lapangan, dan proses pencarian serta evakuasi korban hilang direncanakan akan dilanjutkan pada Kamis, (27/11). Situasi di lokasi kejadian masih dipantau secara berkala, sementara pihak berwenang terus mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana susulan mengingat kondisi cuaca yang belum sepenuhnya stabil.
Wilayah lainnya, banjir di Kabupaten Deli Serdang, yang merendam permukiman warga dan areal persawahan. Curah hujan tinggi yang terjadi secara terus-menerus diperparah oleh pasangnya air laut, sehingga ketinggian air mencapai sekitar 20 hingga 60 sentimeter. Peristiwa banjir ini terjadi pada Rabu, (26/11), sekitar pukul 15.15 WIB, dan menyebabkan aktivitas masyarakat di beberapa wilayah terganggu.
Kondisi terkini, genangan air masih bertahan di sejumlah titik dengan ketinggian mencapai 20 hingga 60 sentimeter. Hingga kini belum ada tanda-tanda air mulai surut, sehingga pemerintah daerah tetap siaga dan terus melakukan pemantauan lanjutan untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas.
Banjir tersebut melanda dua kecamatan, yakni Kecamatan Hamparan Perak di Desa Paluh Kurau, serta Kecamatan Labuhan Deli di Desa Karang Gading. Kedua wilayah ini menjadi titik konsentrasi genangan air yang merendam rumah warga, fasilitas umum, serta area pertanian. Kedalaman air yang terus meningkat membuat sebagian warga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Dari hasil pendataan sementara, tercatat sebanyak 427 kepala keluarga atau sekitar 1.618 jiwa terdampak banjir ini. Rinciannya, Desa Paluh Kurau menyumbang 226 KK dengan 814 jiwa terdampak, sementara Desa Karang Gading mencatat 201 KK atau 804 jiwa terdampak. Selain itu, sekitar 814 jiwa memilih mengungsi ke masjid Jami’arida dan masjid Al-Falah yang berada di Desa Paluh Kurau. Proses pendataan masih berlangsung mengingat kondisi air yang belum sepenuhnya surut.
Kerugian materiel juga cukup signifikan. Sebanyak 427 unit rumah terendam banjir, diikuti kerusakan pada kurang lebih 1,19 hektare lahan persawahan. Beberapa fasilitas umum turut terdampak, meliputi satu unit fasilitas ibadah, empat unit fasilitas pendidikan, satu unit fasilitas kesehatan, serta satu kantor desa yang mengalami gangguan operasional akibat genangan air.
Sebagai langkah penanganan awal, BPBD Kabupaten Deli Serdang langsung berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mempercepat proses pendataan dan kaji cepat dampak banjir, termasuk kerusakan lahan pertanian. Pemerintah Kecamatan Hamparan Perak bersama Desa Paluh Kurau juga telah membuka dapur umum di beberapa titik untuk memenuhi kebutuhan pangan warga terdampak dan para pengungsi. Upaya ini dilakukan guna memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi selama masa tanggap darurat.
Penanganan banjir melibatkan berbagai unsur, di antaranya TRC BPBD Kabupaten Deli Serdang, pemerintah kecamatan di wilayah terdampak, serta pemerintah desa setempat yang turut membantu proses evakuasi dan distribusi bantuan.
Di Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, terjadi banjir bandang di beberapa lokasi pada Selasa, (25/11). Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan aliran air meluap hingga merendam permukiman dan infrastruktur di lima kecamatan. Kondisi tersebut membuat warga tidak sempat melakukan antisipasi, sehingga banjir berlangsung cepat dan menimbulkan dampak yang cukup signifikan.
Wilayah yang terdampak mencakup Kecamatan Salak, Kerajaan, Tinada, Sitellu Tali Urang Julu, dan Sitellu Tali Urang Jehe. Banjir yang melanda secara serentak di sejumlah kecamatan ini menimbulkan gangguan aktivitas masyarakat. Akses transportasi di beberapa titik menjadi terhambat akibat genangan air dan material yang terbawa arus banjir.
Peristiwa ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia, sementara jumlah korban terdampak lainnya masih dalam proses pendataan. Kerugian materiel yang tercatat sementara meliputi dua unit rumah mengalami rusak berat dan satu akses jalan rusak serta tidak dapat dilalui secara normal. Kondisi ini menyulitkan proses mobilisasi warga dan petugas menuju lokasi terdampak.
Sebagai respons awal, BPBD Kabupaten Pakpak Bharat telah menurunkan tim untuk melakukan evakuasi warga dan pendataan kerusakan di seluruh wilayah terdampak. Namun, kondisi medan yang cukup sulit serta akses yang terbatas membuat proses penanganan berlangsung secara bertahap. Situasi ini juga mendorong perlunya dukungan tambahan untuk mempercepat pemulihan.
Sejumlah kebutuhan mendesak telah diidentifikasi, antara lain tambahan personel, logistik, peralatan, alat komunikasi, dan pasokan listrik guna memperkuat penanganan di lapangan. Kebutuhan tersebut penting mengingat cakupan wilayah terdampak yang luas dan keterbatasan sumber daya di lokasi kejadian.
Proses penanganan dan pendataan masih berlangsung oleh BPBD Kabupaten Pakpak Bharat. Aparat dan petugas terus bekerja di lapangan untuk memastikan seluruh korban terdampak tertangani, serta memulihkan akses dan sarana yang rusak. Pemerintah daerah juga mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana susulan yang mungkin terjadi akibat cuaca yang belum sepenuhnya stabil.
Selain kejadian baru, BNPB mengupdate kejadian bencana di Provinsi Sumatera Utara meliputi Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, dan Mandailing Natal
Perkembangan kejadian banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah. Berdasarkan update pada Kamis (27/11) pukul 03.45 WIB, banjir masih menggenangi sejumlah titik dengan dampak yang luas. Peristiwa ini merupakan akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah tersebut sejak (17/11) hingga (24/11), sehingga memicu kenaikan debit air, meluapnya aliran sungai, serta longsor di beberapa lokasi.
Banjir melanda 11 kecamatan, yang mencakup 15 kelurahan dan 8 desa, yakni Kecamatan Pandan, Sarudik, Badiri, Kolang, Tukka, Lumut, Barus, Sorkam, Pinangsori, Sibangun, dan Tapian Nauli. Kawasan-kawasan tersebut mencakup Kelurahan Lubuk Tukko, Sibuluan Nauli, Sibuluan Raya, Pasar Baru, Sibuluan Nalambok, Pondok Batu, Pasir Bidang, Sarud, Lopian, Hutabalang, Pasar Terandam, Padang Masiang, Kolang Nauli, dan sejumlah desa seperti Aek Horsik, Sijago-jago, Gunung Kelambu, Lumut, Lumut Maju, Lumut Nauli, hingga Parjalihotan Baru. Kondisi geografis dan curah hujan yang tinggi membuat sebagian wilayah berada dalam zona rawan banjir dan tanah longsor.
Dari sisi korban, tercatat 4 jiwa meninggal dunia, sementara jumlah pengungsi dan korban luka masih dalam pendataan. Banjir ini berdampak pada 1.902 kepala keluarga, dengan distribusi terdampak terbesar berada di Kecamatan Kolang sebanyak 1.261 KK, disusul Kecamatan Sarudik 338 KK, Pandan 150 KK, Lumut 78 KK, Barus 65 KK, dan Tukka 10 KK.
Kerusakan material juga cukup signifikan. Sebanyak 1.902 unit rumah terdampak, 1 unit fasilitas ibadah rusak, dan 4 unit fasilitas pendidikan terdampak, ditambah rusaknya beberapa sarana infrastruktur yang menghambat mobilitas warga dan aktivitas ekonomi.
Di lapangan, BPBD Kabupaten Tapanuli Tengah bersama TNI, Polri, Dinas Sosial, Satpol PP, aparat kecamatan, serta perangkat desa/kelurahan terus melakukan penanganan darurat. Petugas membantu evakuasi warga, mengamankan barang-barang berharga, mengatur arus lalu lintas di titik genangan, membersihkan material longsor menggunakan alat berat, mendirikan tenda pengungsian, dan menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat terdampak.
Wilayah lainnya, banjir di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara tercatat mulai menurun di sejumlah titik, namun hujan deras kembali terjadi pada Rabu siang, (26/11), sehingga potensi kenaikan debit air masih tinggi. Di Kecamatan Purbatua, Tarutung, dan Siatas Barita, tinggi muka air telah turun menjadi sekitar 30 cm, namun akses utama Aeksiansimun–Siandor Andor masih putus akibat ambles sepanjang 20 meter, sementara dua jembatan belum dapat difungsikan. Total 69 KK masih tercatat terdampak banjir dan proses pendataan lanjutan terus dilakukan oleh petugas bersama pemerintah kecamatan.
Selain itu, bencana longsor yang meluas di lima kecamatan masih berlangsung hingga Kamis pagi, (27/11). Material longsoran menutup sejumlah ruas jalan di 11 desa, memutus akses utama menuju beberapa permukiman dan 19 KK mengungsi. Longsor juga menyebabkan 3 korban jiwa, 5 orang hilang, serta 4 unit rumah tertimbun. Jalur alternatif Pangaribuan–Silantom menjadi satu-satunya rute yang dapat digunakan setelah sebagian ruas jalan utama tidak dapat dilalui.
Upaya penanganan dilakukan secara paralel oleh BPBD Tapanuli Utara bersama unsur TNI, Polri, Dinas PUTR, Dinas Perhubungan, kecamatan, desa, dan relawan. Pembersihan material longsor dikerahkan menggunakan alat berat, sementara TRC BPBD menurunkan perahu fiber untuk evakuasi di wilayah banjir. Di tengah proses ini, pemadaman listrik total menyebabkan komunikasi menjadi sangat terbatas, menyulitkan koordinasi dan mobilisasi peralatan ke lokasi terdampak.
Sebagai dasar percepatan penanganan, pemerintah daerah telah menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari, mulai 25 November hingga 9 Desember 2025 melalui SK Bupati Nomor 552 Tahun 2025. Petugas di lapangan kini fokus membuka akses darat yang terputus, melanjutkan pendataan kerusakan, serta memastikan jalur logistik tetap tersedia untuk masyarakat terdampak.
Perkembangan kejadian bencana di Kabupaten Tapanuli Selatan dampak banjir dan tanah longsor masih meluas dan penanganan di lapangan terus berlangsung. Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang kembali turun sepanjang hari membuat ketinggian air di sejumlah wilayah tetap signifikan dan proses evakuasi serta pendataan belum selesai. Wilayah terdampak kini mencakup 11 kecamatan, dengan 5 desa dan 2 kelurahan mengalami gangguan serius terhadap akses permukiman, infrastruktur, serta aktivitas warga.
Sebaran lokasi meliputi Kecamatan Angkola Sangkunur (Desa Simataniari dan Kelurahan Rianiate), Kecamatan Batang Angkola (Kelurahan Sidadi II), Kecamatan Batang Angkola Selatan (Desa Gua Asom), Kecamatan Batang Toru (Desa Garoga), Kecamatan Muara Batang Toru (Desa Huta Raja), Kecamatan Marancar (Desa Aek Sabaon), serta Kecamatan Sipirok, Angkola Barat, Angkola Selatan, Sayur Matinggi, dan Tanah Timbangan Angkola. Di Kecamatan Angkola Sangkunur, tinggi muka air tercatat mencapai 162 cm, sedangkan di Kecamatan Batang Angkola berada pada 10–20 cm, sementara kecamatan lainnya masih dalam proses pendataan kondisi lapangan.
Dampak terhadap penduduk tercatat sangat signifikan. Hingga pembaruan ini dirilis, 15 jiwa meninggal dunia, 58 mengalami luka-luka, sementara data korban hilang masih dihimpun. Selain itu, sekitar 3.000 kepala keluarga mengungsi dan jumlahnya diperkirakan masih bertambah. Kerusakan materiel meliputi 12 rumah rusak berat, 6 rumah rusak sedang, 312 rumah rusak ringan, serta 1 fasilitas pendidikan terdampak, dengan penyebaran kerusakan dominan pada kawasan yang berada dekat aliran sungai dan permukiman rawan longsor.
BPBD Kabupaten Tapanuli Selatan telah melakukan asesmen di lokasi terdampak serta berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan unsur pendukung, termasuk TNI, Polri, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Basarnas, dan relawan. Di tengah kondisi yang belum stabil, kebutuhan mendesak telah diinventarisasi, antara lain 3.000 paket sembako, 200 family kit, 200 kitchen kit, 5 tenda pengungsi, 50 tenda keluarga, 500 kasur lipat selimut, 5 perahu karet, 10 chainsaw, 100 paket alat kebersihan, serta 500 porsi makanan siap saji untuk mendukung pengungsian dan pemulihan awal.
Sebagai dasar pelaksanaan penanganan, status tanggap darurat ditetapkan selama 14 hari, mulai Selasa, (25/11), sementara proses administrasi surat keputusan bupati masih berjalan. Dengan cuaca yang masih tidak stabil dan risiko bencana susulan belum menurun, masyarakat diimbau tetap waspada dan mengikuti arahan petugas di lapangan.
Beralih ke Kota Padang Sidempuan, perkembangan terkini dampak banjir yang semakin luas di tiga kecamatan, dengan ribuan warga masih terdampak dan proses pencarian satu korban hilang yang terseret arus sungai terus dilakukan oleh tim SAR.
Wilayah terdampak meliputi 7 kelurahan yang tersebar di Kecamatan Padang Sidempuan Selatan (Kelurahan Hanopan Sibatu, Sidangkal, Ujung Padang, dan Wek IV LK), Kecamatan Padang Sidempuan Utara (Kelurahan Losung), serta Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru (Kelurahan Sabungan dan Lubuk Raya). Jumlah warga terdampak tercatat mencapai 240 KK atau 870 jiwa, dengan konsentrasi tertinggi di Kelurahan Ujung Padang dan Kelurahan Sabungan yang masing-masing mencatat 80 KK atau 300 jiwa.
Kerusakan materil masih dalam proses pendataan, namun laporan awal menunjukkan 240 unit rumah dan satu fasilitas ibadah terdampak banjir. Di lapangan, BPBD Kota Padang Sidempuan terus melakukan asesmen, memperingatkan masyarakat terkait potensi banjir lanjutan, serta mengaktifkan posko utama di Kantor Wali Kota. Sejumlah lokasi seperti Kelurahan Hanopan, Sabungan, Ujung Padang, Sidangkal, dan Losung telah dijadikan titik pengungsian dan dapur umum.
Kondisi banjir terkini di Kabupaten Mandailing Natal masih belum surut dan terus memberikan dampak signifikan terhadap akses wilayah serta pemukiman warga. Sejumlah titik masih terendam, termasuk Desa Muara Batang Angkola di Kecamatan Siabu, yang hingga Rabu, (26/11) masih berada dalam genangan dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Di Kecamatan Hutabargot, kondisi infrastruktur belum pulih sepenuhnya, di mana Jembatan Huta Bargot hanya dapat diakses kendaraan roda dua, sehingga mobilisasi logistik dan bantuan menjadi terbatas.
Operasi pencarian korban hilang masih berlangsung, sementara evakuasi pohon tumbang telah selesai dilakukan sehingga akses jalan kembali normal. Kebutuhan mendesak yang saat ini teridentifikasi antara lain bahan pangan, gas, minyak goreng, sayur, telor, tomat, serta dukungan dapur umum untuk memastikan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak. Banjir ini terjadi pada Minggu, (23/11), setelah hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan anak Sungai Aek Dolok dan aliran air di kawasan Desa Sayurmaincat meluap dan menggenangi permukiman serta lahan persawahan. Dampaknya kemudian meluas ke berbagai wilayah yang berada di daerah aliran sungai.
Hingga saat ini, banjir di 9 kecamatan dengan total 23 desa terdampak. Wilayah tersebut mencakup Kecamatan Hutabargot (Hutarimbaru, Binaga, Sayurmaincat, Bangun Sejati, Mondan), Kecamatan Muara Batang Gadis (Lubuk Kapundung I, Lubuk Kapundung II, Hutarimbaru, Ranto Panjang), Kecamatan Siabu (Tangga Bosi, Muara Batang Angkola), Kecamatan Panyabungan Barat (Barbaran Jae, Batang Gadis), Kecamatan Ranto Baek (Simpang Talap), Kecamatan Batahan (Batahan III, Batahan IV, Batu Sondat), Kecamatan Natal (Patiluban Mudik, Patiluban Hilir, Bonda Kase, Kampung Sawah, Sikara Kara VI), serta Kecamatan Batang Gadis dan Panyabungan Selatan.
Data terdampak mencatat 776 kepala keluarga dengan konsentrasi terbesar berada di Desa Lubuk Kapundung II (250 KK), Lubuk Kapundung I (200 KK), dan Desa Hutarimbaru (70 KK). Sementara itu, Kecamatan Panyabungan Barat menambahkan 20 KK dalam daftar warga terdampak. Kerusakan yang teridentifikasi meliputi 776 unit rumah, 14 unit rumah rusak berat, 1 fasilitas pendidikan terdampak, 1 jembatan rusak, serta 85 hektare lahan pertanian yang ikut terendam air.
BNPB menghimbau masyarakat di wilayah rawan banjir dan longsor untuk selalu waspada. Masyarakat diminta segera mengevakuasi diri ke lokasi aman jika terdampak, mengikuti arahan petugas di lapangan, serta memanfaatkan posko pengungsian dan dapur umum yang telah disiapkan oleh BPBD bersama TNI, Polri, dan relawan. Selalu jaga kebersihan dan kesehatan, hindari genangan air banjir, serta terus pantau informasi terbaru dari sumber resmi untuk keselamatan diri dan keluarga. (*)














