PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Pemerintah Kota Pariaman menetapkan status keadaan darurat bencana cuaca ekstrem sejak 24 November hingga 1 Desember 2025, menyusul meluasnya dampak hidrometeorologi yang terjadi di hampir seluruh wilayah kota. Berdasarkan laporan Pusdalops BPBD Kota Pariaman per Kamis (27/11) pukul 11.00 WIB, lebih dari 20 desa dan kelurahan terdampak banjir, pohon tumbang, dan longsor akibat hujan intensitas tinggi yang berlangsung sejak awal pekan.
Kalaksa BPBD Kota Pariaman, Radius Syahbandar, mengatakan bencana yang terjadi secara beruntun ini merupakan dampak dari curah hujan dengan durasi panjang yang menyebabkan debit air sungai meningkat tajam. “Laporan masuk sejak tengah malam hingga pagi hari. Hampir seluruh wilayah mengalami gangguan, mulai dari banjir genangan, pohon tumbang, hingga longsor,” ujarnya.
Dari data sementara BPBD, banjir tercatat di sedikitnya 15 titik, meliputi Desa Tungkal Selatan, Sampan, Rambai, Pauh Timur, Ujung Batung, Sikabu, Taratak, Tanjung Sabar, Jalan Baru, Pantai Cermin, Padusunan Kampung Sato, Kampung Sato, Kampung Pondok Alai Gelombang, serta beberapa titik lain yang masih dalam pendataan. Di Desa Marunggi, banjir diperparah dengan runtuhan tanah di Dusun Tabing Runtuh dan Pasir Sikadondong yang berdampak pada 15 KK.
Desa Cimparuh menjadi lokasi dengan warga terdampak terbanyak, yaitu 205 KK atau 675 jiwa. Di Pantai Cermin, sebanyak 10 rumah warga dilaporkan terendam banjir. “Untuk beberapa lokasi, air terus bertambah karena luapan dari hulu. Tim kami masih mengevakuasi warga ke tempat aman,” kata Radius.
Selain banjir, pohon tumbang terjadi di Sungai Pasak, Simpang Kecamatan Pariaman Selatan, Desa Kaluat, dan Toboh Palabah. Sejumlah pohon menimpa jalan, kabel listrik, hingga bangunan rumah warga. Kondisi ini menyebabkan akses warga sempat terhambat dan memerlukan penanganan cepat dari petugas di lapangan.
Sementara itu, longsor dilaporkan terjadi di Cubadak Air, Sintuk, Tungkal Selatan, serta kawasan Olo di Cubadak Aia. Curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu lama menyebabkan kontur tanah labil, sehingga retakan dan runtuhan tanah muncul di beberapa titik rawan. Hingga siang hari, proses pembersihan dan assessment masih berlangsung.
Radius menegaskan, meski tidak ada korban jiwa, situasi di lapangan masih dinamis dan berpotensi memburuk. Debit air di sejumlah sungai terus meningkat dan beberapa fasilitas umum masih dalam pendataan kerusakannya. “Kondisi terakhir, air masih menggenang di beberapa permukiman. Potensi banjir susulan, pohon tumbang, dan longsor masih ada,” terangnya.
BPBD Kota Pariaman telah mengerahkan tim TRC untuk melakukan monitoring, evakuasi warga, pembersihan pohon tumbang, dan pendataan kerusakan. Kebutuhan mendesak saat ini antara lain sembako, tenda pengungsian, selimut, family kit, serta mesin penyedot air. BPBD juga mengimbau warga agar tetap waspada dan tidak membuang sampah ke drainase karena dapat memperparah genangan.
Radius Syahbandar mengingatkan masyarakat yang tinggal di daerah bantaran sungai, lereng, dan titik rawan lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan selama masa darurat berlangsung. “Kami minta masyarakat segera melapor bila melihat tanda-tanda bahaya. Pemerintah sudah menetapkan status darurat, dan seluruh jajaran bekerja penuh untuk penanganan cepat di lapangan,” tutupnya. (*)














