Laporan: Okis Mardiansyah — Wartawan Haluan Kabupaten Pesisir Selatan
PESISIR SELATAN, HARIANHALUAN.ID- Di tengah hujan deras yang tak kunjung reda dan genangan banjir yang terus meninggi, seorang anggota Polsek Koto XI Tarusan, Aipda Afrikonaldi, menunjukkan aksi heroik yang menyentuh hati. Personel kepolisian itu menyelamatkan seorang lansia yang terjebak banjir di kawasan Jembatan Dua Duku, Nagari Duku Utara, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, pada Kamis (27/11/2025).
Air yang meluap dari aliran sungai setempat tidak hanya menutup badan jalan, tetapi juga mengisolasi sejumlah permukiman warga. Aroma lumpur bercampur kayu hanyut menyelimuti udara, sementara suara tangisan anak-anak dan panggilan warga menggema di antara derasnya hujan. Dalam keadaan panik tersebut, kabar mengejutkan datang dari warga, seorang laki-laki lanjut usia terjebak arus saat berusaha menyematkan diri.
Aipda Afrikonaldi, yang juga Bhabinkamtibmas wilayah Koto XI Tarusan, tidak menunggu waktu lama. Ia menerobos air setinggi dada orang dewasa, memaksakan langkahnya di antara pusaran arus. Sosok lansia itu diketahui bernama Midun (65), warga Duku yang sehari-hari bekerja sebagai petani. Ia tampak tertatih, tubuhnya yang renta berusaha bertahan dari hantaman air yang semakin tinggi.
“Kita dapat informasi dari masyarakat bahwa ada seorang lansia yang terjebak banjir saat hendak menyelamatkan diri. Tanpa pikir panjang, kita langsung mendatangi lokasi dan dengan sigap menarik lansia tersebut untuk diselamatkan ke lokasi yang lebih tinggi,” ujar Afrikonaldi kepada wartawan, Jumat (28/11).
Proses penyelamatan itu bukan perkara mudah. Setiap langkah yang diambil Afrikonaldi seperti pertarungan kecil melawan arus dan lumpur yang menyapu kaki. Namun ia tetap maju, tanpa memikirkan risiko yang bisa saja mengancam keselamatan dirinya sendiri. Tangan kanannya terlihat meraih lansia tersebut, sementara tangan kiri berpegangan pada pagar rumah warga yang hampir tak terlihat karena banjir. Dalam hitungan menit yang terasa begitu panjang, ia berhasil menarik Midun menjauh dari air yang semakin ganas.
Beberapa warga yang menyaksikan momen tersebut sempat terharu. Setelah keduanya berhasil keluar ke tempat aman, tepuk tangan dan ucapan syukur mewarnai suasana. Midun yang kelelahan dan menggigil hanya mampu duduk termenung, sementara Afrikonaldi memeriksa kondisinya, sambil menenangkan warga dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja.
Usai evakuasi, Afrikonaldi memastikan lansia tersebut mendapatkan pertolongan dan tempat berlindung. Namun tugasnya tak berhenti sampai di situ. Melihat banyak warga kesulitan memperoleh makanan karena banjir yang menutup akses, ia berinisiatif mendirikan dapur umum di sekitar kediamannya.
“Masyarakat banyak yang terdampak. Saya bersama warga membuat dapur umum agar ada makanan yang bisa dinikmati bersama,” katanya.
Di saat hujan belum reda, asap dari dapur umum itu menjadi tanda kehidupan. Aroma nasi panas dan sup sederhana menyelinap di antara udara dingin malam. Warga berdatangan, bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk saling menguatkan. Anak-anak yang sempat menangis kini duduk tenang di pangkuan orang tua mereka. Para ibu membantu memasak, sementara warga lainnya bergantian menjaga perapian.
Menurut Afrikonaldi, bencana bukan sekadar ujian fisik, tetapi juga ujian kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa tugas kepolisian bukan hanya soal penegakan hukum, tetapi juga soal kehadiran nyata saat masyarakat membutuhkan.
“Dalam situasi bencana seperti ini, kita saling bantu. Jangan takut meminta pertolongan, karena kami siap hadir kapan pun. Musibah ini bukan dirasakan sendiri, kita semua bersama-sama menghadapinya,” ucapnya lagi.
Aksi penyelamatan dan kepedulian sosial yang dilakukan Aipda Afrikonaldi mendapat apresiasi dari warga sekitar. Bagi mereka, Afrikonaldi bukan sekadar petugas berseragam cokelat, melainkan sosok yang hadir tanpa meminta balasan. Di tengah genangan air yang menyapu jalan dan menyisakan duka, tindakannya menjadi gambaran sederhana namun kuat, bahwa di saat paling gelap sekalipun, masih ada orang yang memilih berdiri di garis depan demi orang lain. (*)














