PADANG, HARIANHALUAN.ID— Kunjungan Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, ke Kota Padang, Minggu (30/10/2025), membuka ruang komunikasi langsung antara pemerintah pusat dan daerah di tengah darurat bencana banjir bandang dan Galodo Sumbar yang hingga kini belum mereda.
Dari seluruh rangkaian peninjauan, satu persoalan serius mengemuka, krisis air dan sanitasi yang bersih tengah menghantui ribuan orang masyarakat terdampak bencana banjir, longsor dan Galodo di berbagai daerah.
Sejak pagi, Wakil Gubernur Sumatra Barat, Vasko Ruseimy, telah menunggu kedatangan Titiek untuk menyampaikan laporan terbaru mengenai situasi di lapangan. Vasko menyampaikan ancaman krisis air bersih dan kebutuhan dasar pengungsi lainnya.
Peninjauan Putri Mantan Presiden Soeharto ini dimulai dari Masjid Al Hijrah, Kampung Apa, yang kini menjadi rumah sementara bagi ratusan pengungsi. Kondisi di lokasi memperlihatkan dengan gamblang bahwa di balik tumpukan bantuan pangan, ada masalah lain yang jauh lebih genting. Air bersih semakin langka.
Rombongan kemudian bergerak ke Perumahan Lumin Park dan dapur umum di sekitar Puskesmas Air Dingin. Pada setiap titik, keluhan serupa mencuat, akses air bersih terputus, sumur terendam lumpur, pipa rusak, dan warga harus berebut suplai air yang datang sporadis.
“Kondisi warga sangat memprihatinkan. Rumah rusak, akses jalan terputus, tapi yang paling mendesak sekarang adalah ketersediaan air bersih,” tegas Vasko kepada Titiek saat menyampaikan pemaparan di lokasi.
Bahkan beberapa dapur umum tak bisa beroperasi optimal karena minim suplai air. Tim relawan harus menghemat penggunaan air untuk memasak, mencuci peralatan, hingga sanitasi dasar.
Vasko menambahkan, kerusakan infrastruktur memperlambat upaya distribusi air, dan tanpa dukungan pemerintah pusat, proses pemulihan akan semakin tersendat.
Titiek Soeharto merespons laporan itu dengan menyatakan bahwa kehadirannya di Sumbar bukan sekadar agenda kunjungan formal, tetapi untuk memastikan bantuan benar-benar menjangkau kelompok paling rentan.
Ia menyampaikan bahwa pemerintah menyiapkan bantuan pangan skala besar melalui Bulog, total 34,3 juta kilogram beras dan 6,8 juta liter minyak goreng untuk wilayah Aceh, Sumut, dan Sumbar. Untuk Sumbar, jatah yang disiapkan mencapai 6.794.960 kilogram beras dan 1.358.992 liter minyak goreng.
“Hari ini saya datang untuk melihat dengan mata kepala sendiri apa yang diperlukan warga. Laporan dari Pak Wagub jadi dasar kami untuk mempercepat distribusi bantuan,” ujar Titiek.
Ia menekankan bahwa semua bantuan harus segera didorong ke titik-titik pengungsian, terutama daerah yang terisolasi dan kekurangan suplai air.
Kunjungan bersama ini menunjukkan bahwa koordinasi pusat dan daerah mulai bergerak ke arah yang lebih konkret.
Namun fakta di lapangan tetap berbicara keras, tanpa respons penanganan cepat terhadap krisis air bersih, warga akan menghadapi ancaman kesehatan dan sanitasi yang jauh lebih besar dari sekadar dampak banjir.
Sinergi yang dibangun Vasko dan Titiek hari itu menjadi langkah awal, namun urgensi terbesar kini berada pada upaya memastikan air mengalir ke tenda-tenda pengungsian sebelum situasi berubah menjadi krisis kemanusiaan. (*)














