PADANG, HARIANHALUAN.ID — Data terkini sementara jumlah korban bencana galodo dan banjir bandang yang melanda berbagai wilayah di Sumatera Barat kembali diperbarui pukul 21.00 WIB Minggu (30/11/2025)
Polda Sumbar melalui tim Disaster Victim Identification (DVI) merilis perkembangan terbaru terkait proses identifikasi korban yang hingga kini masih terus dikebut.
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Susmelawati Rosya, mengatakan bahwa hingga hari ini tercatat 152 korban meninggal dunia, dengan 126 di antaranya telah berhasil diidentifikasi oleh tim DVI. Sementara 26 korban lainnya masih dalam proses identifikasi.
“Tim DVI bekerja siang malam. Prioritas kami adalah memastikan setiap jenazah teridentifikasi dengan benar sebelum diserahkan kepada pihak keluarga,” ujar Kombes Pol Susmelawati Rosya kepada Haluan Minggu (30/11/2025).
Selain korban meninggal, Polda Sumbar juga mencatat 220 orang hingga kini masih berstatus hilang sementara 8 orang korban saat ini menjalani perawatan medis.
Menurut Susmelawati, tantangan utama dalam proses identifikasi berasal dari kondisi jenazah yang banyak ditemukan dalam keadaan rusak akibat derasnya arus banjir bandang.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa proses identifikasi dilakukan dengan standar ilmiah ketat, mulai dari pemeriksaan sidik jari, odontologi, hingga DNA bila diperlukan.
“Kami mengimbau keluarga yang masih merasa kehilangan anggota keluarga untuk datang ke posko DVI membawa data pendukung seperti rekam medis, foto gigi, atau barang pribadi korban. Data tersebut sangat membantu mempercepat identifikasi,” jelasnya.
Polda Sumbar memastikan proses pencarian, evakuasi, dan identifikasi korban tetap berlangsung secara paralel bersama BPBD, Basarnas, TNI, dan pemerintah daerah. Dengan masih tingginya angka korban hilang, tim gabungan masih terus menyisir aliran sungai, lembah, hingga daerah yang sebelumnya terisolasi oleh material longsor.
“Kami berkomitmen menyampaikan update resmi setiap hari agar masyarakat mendapatkan informasi yang valid dan tidak terjebak hoaks di media sosial,” tambah Susmelawati.
Bencana galodo yang melanda Sumbar kali ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam dua dekade terakhir. Pemerintah provinsi dan pusat hingga kini tengah menyiapkan langkah-langkah percepatan pemulihan sambil memastikan seluruh proses penanganan korban berjalan maksimal. (*)














