Pada tahun 2001 Azyumardi Azra memperoleh kepercayaan sebagai profesor tamu internasional pada Deparmen Studi Timur Tengah di New York University (NYU). Dalam kesempatan tinggal di Amerika kali ini dia juga mengajar di Asian Center, Harvard University, serta di Columbia University, almamaternya. Di samping itu, ia juga dipercaya menjadi pembimbing sekaligus penguji asing untuk beberapa disertasi di Universiti Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Universitas Leiden di Negeri Belanda.
Azyumardi tidak hanya jago berpikir, menulis dan berkarya ilmiah. Ia ternyata juga seorang manajer yang handal dalam mengelola kampus. Di bawah kepemimpinannya sebagai rektor(1998-2006), IAIN Syarif Hidyatullah Jakarta berkembang pesat. Dia pun lantas memperlebar makna kampusnya, dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) manjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah sejak Mei 2002. Perubahan itu disebutnya sebagai kelanjutan ide rektor terdahulu, Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dan toleran. Dengan mengembangkannya menjadi universitas, maka di UIN lahirlah Fakultas Sains, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknologi, Fakultas MIPA, Fakultas Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan sebagainya.
Azyumardi memiliki enerji bekerja yang luar biasa. Selain sibuk sebagai pimpinan kampus dengan lebih 12.000 mahasiswa saat itu, suami dari Ipah Fariha serta ayah empat orang anak –Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra– ini tetap aktif mempresentasikan makalah pada berbagai seminar dan workshop nasional maupun internasional. Bahkan tidak pula menghalangi produktifitasnya sebagai peneliti dan penulis, termasuk menulis kolom dan artikel di berbagai media massa dan jurnal.
Setelah menyelesaikan tugas sebagai Rektor IAIN/UIN dua periode, ia kemudian menjadi Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (2006-2009). Pada saat hampir bersamaan ia juga terpilih menjadi Presidium Ikatan Cendekiawaan Muslim se-Indonesia (ICMI) dalam Muktamar di Makassar (2006). Selama dua tahun ia juga mendapat tugas sebagai Deputi Sekteratis Wakil Presiden RI yang waktu itu dijabat oleh H.M. Jusuf Kalla (2007-2009). Jabatan yang sama kembali ia tempati ketika Jusuf Kalla terpilih menjadi Wakil Presiden untuk kali kedua, kali ini mendampingi Presiden Joko Widodo (2014-2019).
Dalam hal menulis dan menerbitkan buku sulit mencari tandingan Azyumardi Azra. Sejak 1994, ia sudah menulis dan menerbitkan sekitar 30 judul buku. Hampir setiap pekan tulisannya juga muncul di media mainstream seperti Kompas dan Republika. Di media terakhir ini ia bahkan mengisi rubrik “Resonansi” setiap minggu. Hal itu terus berlangsung hingga setelah ia terpilih menjadi Ketua Dewan Pers bulan Mei 2022 yang lalu. Jadwal ceramahnya di berbagai forum juga sangat sibuk. Setelah berkeliling Sumatera Barat selama hampir sepekan sejak pekan lalu –seolah-olah hendak pamit kepada tanah kelahirannya– Jumat petang (16/9) Prof. Edi bertolak ke Malaysia adalah untuk memberikan materi dalam “Muktamar Sanawi Persidangan Antarbangsa Kosmolitan Islam” di Bangi Avanue Convention Center (BACC) Selangor yang dijadwalkan Sabtu 17 September 2022. Sebagai pembicara dalam forum tersebut termasuk tokoh oposisi Malaysia Datok Seri Anwar Ibrahim. Tapi Tuhan ternyata sudah punya rencana yang kita tidak tahu. Prof. Edi tidak pernah sampai di Bangi. Hanya sampai ke Serdang Hospital, di mana beliau akhirnya wafat, kembali ke karibaan-Nya, hari Ahad pukul 12.10 waktu Malaysia.
Saya secara pribadi baru kenal Prof. Edi sejak 2010, ketika beliau menelepon saya untuk menyampaikan komentar atas buku saya 101 Orang Minang di Pentas Sejarah. “Kata pendahuluannya sangat padat dan tajam. Exellent,” komentar beliau kepada saya. Sungguh menyanjung. Kami pertama dalam satu forum barulah ketika sama jadi pembicara dalam Bedah Buku dan HUT ke-110 Perguruan Thawalib Padang Panjang pada 30 Mei 2021. Selain itu, sejak beberapa tahun lalu kami ada dalam beberapa grup WA, dan sekali-sekali bertukar informasi. Interaksi langsung (Japri) terakhir dengan Prof. Edi tercatat dalam HP saya adalah tanggal 17 Juni 2022, setelah saya mengirim tulisan profil beliau yang saya tulis untuk buku Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang yang sedang kami susun bersama dengan Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau. Saya minta beliau memeriksa tulisan tersebut. Masih belum terhapus dari kolom chat di HP saya kalimat Prof. Edi sbb: Uda Hasril yth, naskah Ensi yg sudah sy edit n sempurnakan baru trkirim ke emailnya. Tks n slm.














