Beberapa tahun terakhir, literasi begitu buming karena mampu meningkatkan kompetensi dan pengembangan diri seseorang. Hal itu sejalan dengan alasan rendahnya kemampuan membaca dan menalar seorang siswa juga berdampak terhadap lambannya peningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Bahkan kemampuan rata-rata membaca, matematika dan sains siswa Indonesia masih dibawah rata-rata siswa negara ASEAN. Senada dengan itu, UNESCO (United Nations Educations, Sciantific and Cultural Organization) menunjukan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001. Indeks tersebut dapat diterjemahkan bahwa dari seribu orang hanya ada satu yang memiliki minat baca, yang belum tentu juga suka membaca tulisan-tulisan berkualitas apalagi karya akademik dan ilmiah. Kondisi tersebut menjadi alasan bahwa perlu upaya nyata pengembangan literasi di negara ini.
Sejatinya literasi bukan hanya tentang menulis dan membaca, namun jauh lebih luas. Literasi merupakan salah satu bentuk pengembangan diri tiada henti bagi seseorang. Dengan berliterasi, karya seseorang akan tetap di kenang sepanjang karya hayat karya tersebut. Literasi terbukti dapat meningkatkan pola pikir dan kecerdasan seseorang. Dengan berliterasi orang akan mudah memahami dan mencermati maksud dari sebuah wacana atau literature lainnya. Dengan berliterasi kemampuan berpikir dan bernalar seseorang akan semakin tinggi karena sudah terbiasa dengan susunan retorika tulis yang kadang bagi orang yang tidak terbiasa menjadi momok yang menakutkan. Bahkan dengan berliterasi seseorang bisa mewujudkan impiannya menjadi seorang penulis, narator atau seorang competitor lainnya.
Literasi juga terbukti bisa mempermudah seseorang dalam publikasi ilmiah. Contohnya saja dalam kenaikan pangkat. Orang yang suka menulis, atau melahirkan sebuah karya yang diakui dalam sistem perhitungan angka kredit naik pangkat akan dengan mudah mengikuti prosedurnya karena pengakuan untuk angka kredit publikasi ilmiah jauh lebih tinggi dari pada angka kredit kegiatan lainnya. Artinya orang yang suka menulis, akan dengan mudah melengkapi bahan ketika naik pangkat karena tidak butuh tahunan untuk mencapai angka kredit yang di prasyaratkan untuk kenaikan pangkatnya. Namun sebaliknya, mereka yang malas menulis akan terbentur pada penyediaan publikasi ilmiah tersebut. Bahkan kadang harus mengeluarkan kocek tidak sedikit untuk melengkapinya. Jadi literasi bisa meningkatkan prospek pengembangan karier seseorang, baik Pegawai Negeri Sipil atau pegawai swasta. Dengan berliterasi, orang yang suka menulis, namanya makin dikenal dan tersorong ke berbagai belahan dunia. Banyak novelis, cerpenis, penyair, dan penulis lainnya mampu meraub banyak pundi- pundi dari tulisan yang dipublikasikannya, baik secara online maupun secara nyata. Jadi pengembangan diri tidak akan berhenti begitu saja, semangat literasi tetap kita kembangkan.
Satu Tulisan Satu Hari
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk pengembangan diri adalah dengan motto “satu tulisan satu hari”. Awalnya mungkin akan terasa sulit, namun suatu pekerjaan jika dilakukan terus -menerus, akan terasa lebih mudah. Seperti bongkahan batu yang terus-menerus disirami air, lama-kelamaan akan pecah juga. Begitu juga dengan diri kita. Untuk tahap awal, menulis apa saja bisa dilakukan, “Alam Takambang Jadi Guru”. Lambat laun, bahasa tulis kita akan berkembang, kesalahan-kesalahan akan mulai berkurang. Dengan demikian lambat lain semangat menulis akan muncul. Apalagi tulisan tersebut bisa saja kita eksplor di dunia maya seperti facebook, twitter, blog, dan sebagainya. Bahkan tempat penyimpanan yang aman, kadang bisa kita manfaatkan teknologi canggih saat ini. Jika sudah sampai waktunya, kumpulan tulisan itu dijadikan sebuah buku. Boleh saja buku fiksi atau nonfiksi.
Satu Tulisan Satu Hari
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk pengembangan diri adalah dengan motto “satu tulisan satu hari”. Awalnya mungkin akan terasa sulit, namun suatu pekerjaan jika dilakukan terus -menerus, akan terasa lebih mudah. Seperti bongkahan batu yang terus-menerus disirami air, lama-kelamaan akan pecah juga. Begitu juga dengan diri kita. Untuk tahap awal, menulis apa saja bisa dilakukan, “Alam Takambang Jadi Guru”. Lambat laun, bahasa tulis kita akan berkembang, kesalahan-kesalahan akan mulai berkurang. Dengan demikian lambat lain semangat menulis akan muncul. Apalagi tulisan tersebut bisa saja kita eksplor di dunia maya seperti facebook, twitter, blog, dan sebagainya. Bahkan tempat penyimpanan yang aman, kadang bisa kita manfaatkan teknologi canggih saat ini. Jika sudah sampai waktunya, kumpulan tulisan itu dijadikan sebuah buku. Boleh saja buku fiksi atau nonfiksi.
Di zaman serba cangih dengan era digital ini, semua serba mudah. Dengan adanya teknologi kita bisa jauh lebih berkembang. Informasi-informasi penerbitan buku bisa dengan mudah kita peroleh melalui dunia maya, bahkan dengan harga yang bersaing. Jadi tidak perlu pusing lagi untuk memperoleh nomor ISBN (Internasional Standart Book Number) atau mendaftarkan buku karangan sendiri di perpustakaan nasional. Dengan teknologi semuanya bisa mudah, namun jangan mempermudah semuanya dengan teknologi. Jika buku karangan sendiri bisa didaftarkan untuk diberikan nomor ISBN maka angka kreditnya akan lebih tinggi, apalagi buku tersebut lolos penilaian oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) tentu angka kreditnya jauh lebih tinggi. Jadi dengan berliterasi kita bisa berkembang dan pengembangan diri bisa terus ditingkatkan. (Idra Putri, Guru MTsN 1 Padang)














