”Dengan digitalisasi, Bio Farma bisa mendistribusikan 400 juta dosis vaksin, ke 17 ribu pulau di Indonesia secara realtime, by name, by address hingga kapan vaksin tersebut disuntikkan ke
penerima,” papar Honesti.
Hal ini menjadi bukti, jika Bio Farma sekuat tenaga tidak hanya memdistribusikan vaksin tapi juga
menyajikan data yang lengkap ke pemerintah dalam pendataan Kesehatan penduduk Indonesia.
Direktur Transformasi dan Digital Bio Farma, Soleh Ayubi, menyampaikan bahwa dengan kerja sama yang dijalin dengan GS1, sejalan dengan objective Bio Farma untuk semakin berperan dalam industri global healthcare.
Bio Farma akan lebih mudah dalam aktivitas ekspor ke berbagai negara dengan aman dan dipercaya karena memiliki penomoran yang spesifik sehingga produk dan layanannya tidak
bisa dipalsukan dengan Global Trade Item Number (GTIN). Sebab, WHO pada 31 Desember 2021 sudah mewajibkan seluruh industri untuk menerapkan standar SG1.
”Standarisasi global di GS1 ini menjadi rujukan dunia untuk 115 negara yang sudah terasosiasi. Terlebih lagi, WHO tidak hanya mewajibkan negara industri yang mengekspor, tapi negara penerimanya pun menerapkan
standar yang sama,” urainya.
Ia menambahkan, Bio Farma sudah
menerapkan standar SG1 sejak 2015
Sementara itu, kiprah Bio Farma
dalam global healthcare ini juga
juga menempatkan wakilnya Vice
President Distribusi dan Layanan
Penjualan PT Bio Farma, Yudha
Bramanti sebagai board member
GS1 Indonesia, Rabu (1/2/2023).
”Mudah-mudahan ini menjadi
kolaborasi yang lebih baik lagi ke
depan. Harapan besarnya, Bio Farma makin maju lagi memainkan peran lebih besar di nasional dan
pasar global dan,” tegas Yudha.
Dengan kerja sama ini, kata Yudha, Bio Farma bisa mendorong implementasi standarisasi internasional
ke grup BUMN Farmasi dan mensosialisasikan standar ekosistem healthcare yang sama di
pemerintahan. (*)














