HARIANHALUAN.id – Memasuki masa libur lebaran, yang secara otomatis aktivitas dan mobilitas masyarakat di banyak tempat khususnya destinasi wisata akan mengalami peningkatan. Untuk itu diminta pengelola dan petugas yang ada di sejumlah objek wisata lebih meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengunjung.
“Kepada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan kontrol terhadap seluruh tempat wisata yang ada di daerahnya masing-masing untuk kenyamanan dan keamanan para pengunjung,” ujar Anggota DPRD Sumbar Albert Hendra Lukman, Jumat (17/3).
Menurutnya, tempat hiburan dan wisata merupakan wadah yang paling ramai dituju oleh masyarakat ketika mengisi waktu luang. Untuk itu, pemerintah harus berkaca pada libur lebaran tahun 2022 kemarin.
“Persoalan sekarang menyangkut pariwisata libur lebaran kita lihat bahwa pada waktu lebaran tahun 2022, kita ketahui terjadinya macet berjam-jam di jalan. Sekarang kita lihat progres pembangunan jalan belum juga signifikan,” katanya.
Tidak hanya itu, kata Albert, mengenai tempat-tempat pariwisata yang paling penting adalah para pelaku pariwisata itu mempunyai jiwa kepariwisataan, apakah pemerintah sudah mengedukasi sampai hal tersebut.
“Harusnya ada terobosan-terobosan yang dilakukan, seperti Lembah Anai terobosan Pemprov akan membuat plaza, namun sampai hari ini perlu kajian dan lainnya, yang dianggap hutan lindung dan lainnya,” ujarnya.
Lebih jauh Albert mengatakan, dirinya melihat persoalan-persoalan pariwisata di Sumbar sudah dari dulunya disampaikan bahwa satu bidang unggulan provinsi adalah pariwisata. Namun, jangan terlena dan selalu mengatakan bahwa Sumbar tentang pariwisata pasti tidak bisa ditandingi, karena mempunyai keindahan alam, gunung dan lautan.
“Tempat lain juga mempunyai semuanya, tetapi nilai tambahnya bahwa yang namanya kuliner dan budaya Sumbar sangat banyak. Hal ini perlu sebenarnya dijadikan daya saing,” katanya lagi.
Untuk itu, pariwisata ini tidak bisa jika hanya membenahi satu sisinya saja. Begitu juga persoalan jalan yang belum ada perubahan signifikan, kemudian tempat-tempat pariwisata apakah para pelaku sudah mempunyai jiwa kepariwisataan, dan ini belum juga ditemukan.
“Harus ada sinergitas dan saling bekerjasama mengenai pariwisata ini. Jika melihat seperti di Bali, bahwa wisatawan itu kenyamanan, bahwa mereka pergi ke daerah itu seperti dia merasa senyaman di tempat tinggalnya, kemudian baru didukung oleh fasilitas dan sarana prasarana,” ujarnya.
Berbicara kenyamanan, kata Albert, hal ini tidak bisa ditumpangkan semua tanggung jawab kepada pemerintah, dan ini ada juga kaitannya dengan soal pemahaman masyarakat dan perilaku masyarakat.
“Jika mereka merasa tempatnya susah laku bisa meninggikan harga. Akan tetapi jika wisatawan sudah terkena seperti itu, tentu orang tidak mau datang lagi,” ujarnya.
Kemudian terkait fasilitas, sekarang bisa dilihat seperti jalan yang belum ada perubahan signifikan, sehingga terjadi kemacetan yang parah, begitu juga fasilitas di tempat-tempat pariwisata yang belum banyak perubahan.
“Memang ada langkah-langkah yang dilakukan Pemprov dan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Tapi untuk menghadapi 2023 ini saya rasa tidak ada dampak yang signifikan terhadap hal-hal yang direncanakan tersebut,” ujarnya.
Albert mengatakan, terkait Visit Beautiful West Sumatra (VBWS) tentunya menyajikan pertunjukan-pertunjukan. Menurutnya, hal ini sangat bagus, tetapi jangan terlena terhadap hal yang menyatakan Sumbar mempunyai daya tarik tentang pariwisata saja.Sekarang yang dikaji adalah penampilan, karena memang Sumbar kaya dengan soal budaya dan kesenian. Sumbar harus memanfaatkan yang mutiara di wilayah seperti Kepulauan Mentawai, tentu disinergikan terhadap kedatangan turis-turis di Mentawai untuk berselancar.
“kita juga lihat turis dan wisata lokal melihat Mentawai mereka sangat tertarik, tetapi dibiarkan saja Mentawai itu untuk berimajinasi dan berkreasi sendiri tanpa ada bantuan dari Pemprov,” ucapnya.
Ia menambahkan, jika pariwisata dikaitkan tentang soal identitas tentu susah, bahwa orang datang ke Indonesia bukan soal budaya tetapi mereka melihat Indonesia banyak keanekaragaman budayanya.
“Begitu juga Sumbar, jangan menonjolkan satu budaya saja, sehingga akan lebih menarik dan terkenal karena soal Minangkabau, Agama, tetapi ada budaya-budaya lain yang tetap dilestarikan,” ucapnya. (fdi)














