Pasalnya, ibadah seharusnya dilakukan sesuai dengan keyakinan masing-masing, berdasarkan sumber terpercaya yang diakui Umat Islam, yakni Al-Qur’an dan hadis.
Dengan prinsip seperti itu, katanya, Thariqat Naqsyabandiyah tidak pernah berselisih dengan orang sekitar, kendati memiliki pendapat yang berbeda soal ritual ibadah.
“Di Pauh, jemaah Thariqat Naqsyabandiyah pengaruhnya tidak kuat, karena kita tidak memaksakan keyakinan. Beribadahlah sesuai keyakinan dan kenyamanan masing-masing,” tutur Zahar Malin.​ (*)














