Hasilnya, wisatawan nusantara dominan berasal dari Provinsi tetangga. Mereka berada pada rentang usia 21-30 tahun dengan tingkat pendidikan SMA/Diploma hingga sarjana. Adapun jumlah pendapatan mereka berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta perbulan.
Sementara wisatawan mancanegara yang datang ke Sumbar, didominasi oleh warga negara Malaysia, Australia dan Eropa usia produktif, Mereka memiliki pendapatan rata-rata diatas Rp 20 juta.
“Rata-rata lama menginap atau Length Of Stay Wisatawan Nusantara adalah 1,8 hari dan Wisatawan Mancanegara selama 2,4 hari,” jelas dia.
Sedangkan rata-rata pengeluaran Wisatawan Nusantara adalah senilai Rp1,339.019. Komponen terbesar untuk biaya akomodasi, belanja cinderamata dan sewa kendaraan.
“Sementara rata-rata wisatawan mancanegara, adalah sebesar Rp9.321,328. Komponen terbesar dikeluarkan untuk biaya akomodasi, transportasi, belanja dan cinderamata,” tegasnya.
Kepala Dinas Pariwisata Sumatra Barat, Luhur Budianda menegaskan, data penelitian yang telah dirampungkan oleh LPER FEB UNAND akan dijadikan sebagai dasar dari pengambilan kebijakan sektor pariwisata kedepannya.
“Sebab bagaimanapun saya ingin agar sektor pariwisata di kelola secara optimal dengan berbasis data,” tegas Kadispar.
Menurut Luhur Budianda, selain ditentukan oleh jumlah kunjungan wisatawan, geliat perekonomian Sumbar lewat sektor pariwisata, juga ditentukan oleh seberapa banyak Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk.
“Sejauh ini realisasi investasi pariwisata baik PMDN dan PMA pada tahun 2022 sudah mencapai Rp304 Milliar. Sementara realisasi belanja pemprov Sumbar dalam fungsi pariwisata sudah mencapai Rp 193,7 Milliar. Daerah alokasi belanja wisata tertinggi adalah Kota Bukittinggi, disusul Tanah Datar , Kepulauan Mentawai dan Kota Padang,” tutupnya, (*)














